Dalam sebuah kejutan yang menggemparkan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dituduh memanipulasi ketakutan global dengan menciptakan ancaman yang tidak nyata, yang disebut “Disease X” atau “Penyakit X.” Skema ini muncul pada saat WHO mendorong amandemen penting pada Peraturan Kesehatan Internasional (IHR) dan rancangan Perjanjian Pandemi yang kontroversial, keduanya memberikan organisasi tersebut kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan taktik pemerasan yang digunakan oleh WHO untuk memaksa negara-negara agar patuh.
Analisis agenda WHO (Amandemen IHR & Pandemic Treaty): Menolak Kuasa Monopoli WHO Terhadap Kesehatan Masyarakat Global
Ancaman Fiktif:
“Penyakit X,” virus yang diklaim lebih mematikan 20 kali lipat dibandingkan COVID-19, ternyata tidak memiliki dasar ilmiah, sepenuhnya tidak benar dan fiktif. Asal usul narasi ini terletak pada Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, yang dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia (WEF) Davos 2024, secara terbuka mengancam konsekuensi yang buruk bagi dunia jika usulan amandemen IHR dan Perjanjian Pandemi yang diusulkan tidak disetujui.
Video ancaman Dirjen WHO Tedros di acara WEF Davos 2024:
DO YOU GET IT NOW?! 👇
At the WEF meeting they now say that countries have to sign up to the WHO pandemic treaty to be prepared for "Disease X".
It's all about TOTAL control.pic.twitter.com/hDNTG7u2ML
— PeterSweden (@PeterSweden7) January 17, 2024
Menteri “Kesehatan” RI yang tidak tahu apa-apa tentang kesehatan dan media arus utama menyebarkan propaganda WHO melalui informasi yang salah, konyol dan menakutkan. Contoh: Menkes Beberkan Persiapan RI Hadapi ‘Next Pandemi’ Disease-X
Pemerasan:
Dugaan pemerasan semakin mendapatkan dukungan ketika para kritik berpendapat bahwa WHO memanfaatkan ketakutan dan ketidakpastian global seputar pandemi COVID-19 untuk memaksa negara-negara agar menerima tindakan yang diusulkannya. Dengan menggantungkan ancaman “Penyakit X” yang tidak nyata dan diklaim sangat mematikan, WHO tampaknya memanfaatkan krisis global untuk mendukung agenda sendiri.
Ancaman nyata: Kebocoran “tidak sengaja” laboratorium:
Menambah keraguan, pengungkapan terbaru mengenai asal usul COVID-19 dari Institut Virologi Wuhan telah menimbulkan pertanyaan besar. Bahkan FBI secara resmi mengakui kebocoran dari laboratorium. Perkembangan ini meningkatkan kekhawatiran bahwa WHO, yang terkait dengan meremehkan kebocoran dari laboratorium pada tahap awal pandemi, mungkin akan menggunakan kebocoran laboratorium “tidak disengaja” dari virus jika negara-negara menolak amandemen IHR dan Perjanjian Pandemi yang diusulkan.
Pernyataan resmi FBI tentang kebocoran laboratorium: Direktur FBI: COVID-19 Berasal Dari Laboratorium Wuhan
Kebocoran laboratorium “tidak sengaja” virus berbahaya lainnya bukan hanya ancaman teoretis, virus-virus berbahaya sedang diciptakan oleh para ilmuwan untuk tujuan yang meragukan. Contoh: China Develops New Covid Strain with 100% Mortality in Humanised Mice: Know All About This New Virus Variant
Sejarah Kontroversi WHO:
Untuk lebih memahami kredibilitas tuduhan ini, sangat penting untuk meneliti sejarah kontroversi WHO. Skandal masa lalu, konflik kepentingan, dan keputusan yang meragukan telah menghantui organisasi ini. Para kritik berpendapat bahwa kurangnya transparansi dan akuntabilitas di dalam WHO menciptakan lingkungan yang mendukung taktik manipulatif semacam itu.
Analisis terhadap integritas WHO: Organisasi Kesehatan yang Sebenarnya ‘Tidak Begitu Sehat’
Penelitian BMJ (British Medical Journal) tentang konflik kepentingan WHO: WHO and the pandemic flu “conspiracies”
Penjelasan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari tentang WHO: Siti Fadilah Sentil WHO, Bill Gates dan Bisnis Vaksin Dunia
Imunitas Diplomatik dan Kurangnya Akuntabilitas:
Salah satu keprihatinan utama terhadap WHO adalah imunitas diplomatiknya, yang melindungi organisasi ini dari konsekuensi hukum atas tindakannya. Imunitas ini memperumit tantangan untuk menuntut pertanggungjawaban WHO atas potensi kelakuan tidak senonoh atau penyalahgunaan kekuasaan. Sebagai entitas yang tidak terpilih, sebagian besar dibiayai oleh kepentingan swasta, WHO beroperasi dengan pengawasan minimal, menimbulkan keraguan lebih lanjut terhadap motifnya.
Laporan keuangan resmi WHO: Bill Gates adalah pendana terbesar melalui yayasannya dan GAVI:
(Sumber: https://www.who.int/about/funding/contributors)
Kesimpulan:
Skema yang melibatkan ancaman fiktif “Penyakit X” menimbulkan pertanyaan serius mengenai integritas dan transparansi WHO. Saat organisasi ini mendorong amandemen yang signifikan pada IHR dan Perjanjian Pandemi yang kontroversial, masyarakat internasional harus tetap waspada dan menuntut pertanggungjawaban. Batas yang kabur antara kekhawatiran kesehatan masyarakat yang nyata dan upaya pengambilalihan kekuasaan menuntut penyelidikan menyeluruh dan tanpa prasangka terhadap tindakan dan motivasi WHO.
Sebagai bangsa yang berdaulat, kita memiliki kewajiban untuk menolak segala bentuk campur tangan WHO dalam kedaulatan kita. Rakyat harusnya tetap waspada dan aktif mengawasi pemerintah, bahkan melalui jalur hukum jika diperlukan. Tujuannya adalah mencegah adopsi pemerintah terhadap agenda WHO yang dapat merugikan kepentingan bangsa dan rakyat.