Ketika kita melihat kembali apa yang terjadi selama masa “pandemi”, sangat penting untuk tidak melupakan kejadian-kejadian yang telah terjadi dan untuk tetap mengingatnya dengan jelas. Ini adalah saat yang memerlukan pertanggungjawaban, di mana setiap individu dan lembaga yang terlibat dalam mengelola situasi “darurat kesehatan” ini harus bertanggung jawab atas tindakan mereka. Salah satu peristiwa yang memprihatinkan selama masa pandemi adalah peran Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dalam menyebarkan kebohongan yang merugikan masyarakat.
IDAI telah terbukti dengan tegas menyebarkan informasi yang salah dan menyesatkan selama masa pandemi. Mereka tidak hanya menyajikan data yang keliru, tetapi juga mencoba membuat klaim yang tidak masuk akal, seperti mengatakan bahwa mortalitas anak-anak akibat Covid-19 mencapai 3-5%. Fakta yang sebenarnya adalah bahwa data resmi dari Kementerian Kesehatan menunjukkan angka 0,1-0,2% (yang juga tidak didasarkan pada bukti yang kuat). Ketika peneliti independen mengevaluasi klaim IDAI, mereka menemukan bahwa data ini tidak hanya salah, tetapi juga menyesatkan.
Artikel yang termasuk data asli, resmi & benar: https://investigasi.org/bongkar-penipuan-vaksinasi-anak-covid19/
Tindakan IDAI selama masa pandemi ini tidak dapat diabaikan. Masyarakat mengandalkan lembaga-lembaga medis untuk memberikan panduan yang akurat dan dapat dipercaya dalam situasi darurat kesehatan seperti ini. Namun, IDAI telah gagal memenuhi tanggung jawab ini dan justru menciptakan keraguan serta kebingungan yang berpotensi berbahaya.
Beberapa orang bahkan mencurigai bahwa tindakan IDAI mungkin terkait dengan upaya untuk mempromosikan vaksin Covid-19 untuk anak-anak. Meskipun belum ada bukti konklusif yang mendukung tuduhan ini, tindakan IDAI telah membuka pintu bagi spekulasi tentang motif dan kepentingan yang mungkin terlibat dalam menyebarkan informasi yang keliru. Namun, sudah tersedia bukti bahwa IDAI berbohong, (sengaja) mereka telah mengakuinya dalam surat kepada jurnal: https://drive.google.com/file/d/1GxalOgpvAK6dkwGBMXN2YVzesUvX244h/view?usp=sharing
Kutipan dari IDAI:
“angka kematiannya mungkin terkait dengan penyakit penyerta itu sendiri dan bukan semata-mata karena infeksi COVID-19 yang terkonfirmasi.
Kami juga menggunakan terminologi “kematian terkait COVID-19” dan menjelaskan penyakit penyerta yang mungkin berkontribusi terhadap kematian tersebut. Kami setuju bahwa enam contoh ilustrasi yang diberikan penulis tidak menunjukkan bahwa kematian tersebut disebabkan oleh infeksi COVID-19.”
Dengan kata sederhana, IDAI mengakui bahwa mereka berbohong dalam studi & kepada publik, dan data mereka anak2 yang mati “akibat” Covid-19 sebenarnya tidak ada hubungan dengan Covid-19.
Kesalahan dan kebohongan semacam ini tidak dapat diterima dalam bidang kesehatan masyarakat yang sangat penting. IDAI harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dan menjalani evaluasi yang cermat untuk memahami bagaimana dan mengapa informasi yang salah disebarluaskan dengan begitu sembrono.
Menghadapi kebohongan yang telah terjadi selama masa pandemi, kita harus tetap berpegang pada prinsip pertanggungjawaban. Setiap individu dan lembaga yang terlibat harus diawasi dan diberikan akuntabilitas yang tepat. Masyarakat memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang jujur dan akurat tentang kesehatan mereka, dan tidak ada tempat bagi kebohongan dalam upaya mengatasi krisis kesehatan yang serius seperti pandemi Covid-19.
Bagaimana dengan imunisasi anak dan rekomendasi IDAI lainnya? Jawaban sederhananya, apakah kita percaya pembohong? Selama IDAI tidak memaafkan kebohongan mereka secara publik, lebih baik kita tidak mempercayai apapun oleh mereka. Anak-anak kita dalam bahaya jika kita mengikuti lembaga pembohong yang mempromosikan eksperimen industri medis pada anak-anak kita.
Bacaan tambahan: Pakar Matematika dan Manajemen Risiko terkenal Prof. Norman Fenton dari Queen Mary Unviversity, London, telah menerbitkan analisis tentang “penelitian” IDAI yang tidak masuk akal dan curang:
Artikel Asli: Why did Frontiers publish a flawed study massively exaggerating Covid risk to children?
Terjemahan Bahasa Indonesia: Mengapa Frontiers menerbitkan penelitian cacat yang secara besar-besaran membesar-besarkan risiko Covid pada anak-anak?