Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman bagi anak untuk belajar dan berkembang. Sayangnya hal ini tidak lagi terjadi karena pemerintah telah memutuskan untuk menggunakan anak-anak sebagai kelinci percobaan vaksin (Semua Vaksin Covid19 dalam fase eksperimental/percobaan: Link Informasi Resmi). Terbukti bahwa anak-anak tidak berisiko terkena Covid19, bukan sumber penyebaran virus, dan vaksin tidak memberikan manfaat apa pun bagi anak-anak. Juga terbukti bahwa vaksin Covid19 berbahaya bagi anak-anak, risikonya jauh lebih besar daripada potensi manfaatnya. Kasus penyakit parah dan kematian pada anak-anak yang disebabkan oleh vaksin Covid-19 yang terdokumentasi sudah sangat tinggi di banyak negara di mana data tersebut tersedia, misalnya AS, Inggris, dan Uni Eropa.
Namun kami mendapatkan laporan bahwa anak-anak divaksinasi di sekolah bahkan tanpa persetujuan dari orang tua.
Disinformasi, kebohongan, dan propaganda dari pemerintah dan media juga telah mencuci otak banyak orang untuk salah percaya bahwa anak-anak yang tidak divaksinasi adalah “berbahaya”; intimidasi terhadap anak-anak seperti itu dan orang tua mereka sudah terjadi di mana-mana.
Mengenakan masker sepanjang hari di sekolah juga merupakan risiko kesehatan yang besar bagi anak-anak yang telah dibuktikan oleh banyak penelitian ilmiah. Terbukti juga bahwa masker tidak memberikan efek/perlindungan terhadap penyebaran atau infeksi Covid19.
Sekolah bukan lagi tempat yang aman bagi anak-anak. Akibatnya, homeschooling adalah pilihan penting bagi orang tua yang bertanggung jawab untuk dipertimbangkan. Dengan artikel ini, kami menyajikan pengenalan homeschooling dan beberapa sumber yang dapat membantu orang tua yang ingin menjaga anak-anak mereka tetap aman tetapi juga terdidik.
Jika Anda belum membaca artikel-artikel berdasarkan bukti ilmiah tentang Covid pada anak dan vaksinasinya, berikut tautannya:
Artikel: Vaksinasi Covid 19 Sebaiknya Tidak Diperuntukkan Bagi Anak
Artikel: Manipulasi Data untuk Membenarkan Vaksinasi Anak
__________
Dua tahun pandemi, orang tua banyak yang resah akan keberlangsungan pendidikan anak-anaknya. Biar bagaimanapun, pembelajaran tatap muka jauh lebih efektif ketimbang pembelajaran online. Apalagi, tugas-tugas pada pembelajaran online sungguh terasa memberatkan.
Padahal, dalam pembelajaran tatap muka, belum tentu tugas-tugas itu ada. Pantas saja anak-anak menjadi malas mengerjakan tugas-tugas tersebut, karena dirasa amat memberatkan. Orang tua pun merasa terbebani dengan beban pendidikan yang selama ini diserahkan ke sekolah. Yang sekolah anaknya, kok malah orang tuanya yang menegerjakan tugasnya?
Keluhan-keluhan ini marak di linimasa media sosial. Sayangnya, pemerintah tak kunjung mengembalikan kondisi pembelajaran tatap muka seperti sedia kala. Padahal, saat pembetajaran tatap muka, anak sudah memperlakukan protokol kesehatan dengan sedemikian ketatnya. Dan, selama pandemi ini, justru yang terkena penyakit tersebut sangat jarang dari golongan anak-anak.
Lambatnya pemerintah dalam menyelesaikan masalah pendidikan ini membuat para orang tua mencari solusinya masing-masing. Sebagian menjadikan pesantren sebagai pilihan. Sebagaian lagi mulai berfikir untuk homeschooling untuk pendidikan anak-anaknya. Mungkin inilah puncaknya kekacauan pendidikan di negeri ini. Saya sendiri, sudah melihat kekacauan pendidikan di negeri ini sejak empat belas tahun yang lalu. Dan sejak itu pula saya mencari-cari info tentang homeschooling.
Apa
Tingginya minat pada homeschooling tidak beriringan dengan informasi yang tepat tentangnya. Banyak yang mengira bahwa homeschooling adalah belajar melalui lembaga tertentu yang menyelenggarakan homeschooling. Padahal homeschooling adalah sistem pembelajaran yang diselenggarakan bersama antara orangtua dan anak. Di sini, orang tua dan anak sama-sama memiliki otoritas penuh dalam menentukan kurikulum homeschooling yang paling sesuai. Bisa menggunakan kurikulum nasional maupun internasional. Ataupun tanpa menggunakan kurikulum sama sekali.
Penyelenggaraan pendidikan dalam homeschooling sangat tergantung pada tujuan akhir yang ingin dicapai. Jika menginginkan anak menjadi akademisi, maka buatlah kurikulum yang mengacu pada ujian yang ingin diambil. Bisa mengikuti kegiatan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan melengkapinya sendiri di rumah sesuai kebutuhan. Di PKBM inilah anak bisa mengikuti ujian kejar paket C dan mendapatkan ijazah. PKBM ini resmi dan dijamin dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional.
Legalitas
Homeschooling diatur dalam UU Sisdiknas Pasal 27. Homeschooling disebut sebagai sekolah rumah dalam Permendikbud No.124 Tahun 2014. Dalam pasal 4 disebutkan, bahwa hasil pendidikan sekolah rumah sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan stadar nasional pendidikan. Dan setiap orang yang telah mendapat penghargaan setara dengan pendidikan formal dan nonformal di atas mendidikan hak yang sama untuk mendaftar pada satuan pendidikan yang lebih tinggi dan/atau untuk memasuki lapangan kerja.
Cara Belajar
Pada pembelajaran di sekolah-sekolah, guru menjadi pusat pembelajarannya. Dan murid mesti mengerjakan soal-soal sesuai standar gurunya. Pada homeschooling, yang menjadi pusatnya adalah siswa. Orang tua sebagai fasilitator, memfasilitasi pelajaran/kegiatan apa yang ingin dilakukan. Pembelajaran pada homeschooling menyesuaikan dengan kemampuan siswanya. Jika orang tua merasa sudah tidak sanggup memfasilitasi, maka bisa memanggil guru ke rumah.
Alat dan bahan belajar pada homeschooling ada di sekitar kita. Bisa melalui video tutorial yang tersedia di internet. Bisa juga melalui pengamatan pada suatu objek. Elaborasi objek tersebut sesuai dengan daya serap anak. Buatlah dokumentasi hasil belajar untuk sewaktu-waktu diperlukan. Dokumentasi ini dapat menggantikan raport pada sekolah.
Sedangkan biaya pada homeschooling sangatlah relatif, tergantung pada pilihan kegiatan yang dilakukan. Jadi, adalah hal yang salah bila menganggap homeschooling mesti mengeluarkan biaya yang besar.
Hal yang paling penting dalam homeschooling adalah orang tua yang mau meluangkan waktu dan siap belajar untuk memfasilitasi anaknya. Di sinilah kerepotan itu sebenarnya. Namun, dalam praktiknya, seiring dengan perkembangan anak, kemampuan orang tua pun akan semakin berkembang. Yang tentunya juga dapat menujuang karir orang tuanya.
Sosialisasi
Banyak orang bertanya mengkhawatirkan sosialisasi anak homeschooling. Padahal sosialisasi tidaklah mesti bersama dengan teman-teman sekolah. Sosialisasi bisa dilakukan bersama dengan teman kursus, saudara, tetangga, dan sebagainya. Bahkan, untuk anak usia dini, sosialisasi terbaik adalah dengan orang tuanya.
Berbeda dengan sosialisasi anak sekolah yang cederung bersifat horizontal (dengan yang seumuran). Sosialisasi pada homeschooling dilakukan dengan lintas umur. Di sini, anak-anak homeschooling sudah punya modal lebih dalam bersosialisasi. Dari sini pula ia mendapat inputan beragam ilmu dari beragam umur. Sehingga ia menjadi lebih tangguh dalam menghadapi kehidupan.
Sumber daya Homeschooling:
Rumah Inspirasi Website: http://rumahinspirasi.com
Rumah Inspirasi Youtube Channel: https://www.youtube.com/user/rumahinspirasi
Rumah Inspirasi Instagram: @rumahinspirasi_id
Materi Edukasi resmi Kemdikbud: http://repositori.kemdikbud.go.id/index.html
All Homeschool Printables A-Z – 1+1+1=1: http://1plus1plus1equals1.net/2012/09/all-homeschool-printables-a-z/
Aplikasi Android “Khan Academy”: Link
Artikel ini merupakan kontribusi dari pengguna Twitter @syam_she