Gagal Ginjal Akut Menimpa Anak-Anak Indonesia! Apakah Penyebabnya?
by: Mattula Ada*
Akhir-akhir ini di Indonesia merebak kasus gagal ginjal akut yang dialami oleh anak-anak. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi DKI Jakarta melaporkan, ada 86 kasus gagal ginjal akut misterius pada anak di Jakarta per Sabtu (22/10/2022). Dari jumlah tsb, sebanyak 47 diantaranya dinyatakan meninggal dunia. Sementara dalam kurun waktu Juli hingga Oktober 2022, sudah 31 anak di Aceh yang terdeteksi mengalami gagal ginjal akut. Sebanyak 20 anak diantaranya meninggal dunia.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin memaparkan, jumlah total kasus gagal ginjal akut di Indonesia mencapai 325 kasus per Selasa (1/11/2022). Sementara itu, total angka kematian akibat gagal ginjal akut sebanyak 178 orang atau 54 persen (fatality rate). Lebih lanjut, Budi Gunadi mengatakan bahwa gagal ginjal akut sebagian besar dialami anak usia 0-5 tahun.
Pertanyaan besarnya adalah; apakah penyebab kasus gagal ginjal akut yang dialami oleh anak-anak itu? Sampai saat ini masih misterius karena tidak adanya penelitian independen yang dilakukan terhadap hal ini. Walau demikian, sirup obat batuk yang mengandung paracetamol disinyalir merupakan penyebab kematian anak-anak tsb seperti desas desus yang terjadi di Gambia, Afrika Barat. Hal ini disebabkan karena obat dalam sediaan sirup tersebut mengandung dietilen glikol maupun etilen glikol. Akibat isu yang belum terbukti kebenarannya ini, Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan bahwa Pemerintah menginstruksikan penghentian sementara penjualan obat sirup di seluruh apotek selama pelaksanaan investigasi risiko infeksi menyusul munculnya kasus gangguan ginjal akut pada anak.
Namun seperti yang dikatakan epidemiolog Dokter Tifauzia Tyassuma bahwa “Sirup obat sudah dihentikan peredarannya. Pabrik-pabrik sirup obat sudah disuruh hentikan distribusi dan diperiksa. Kenapa kasus Gagal Ginjal Akut masih terus terjadi?,” ucapnya dalam unggahannya, Rabu, (2/11/2022).
Dikutip dari situs National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (niddk.nih.gov) bahwa “Sejak lahir hingga usia 4 tahun, cacat lahir dan penyakit keturunan adalah penyebab utama gagal ginjal. Antara usia 5 dan 14, gagal ginjal paling sering disebabkan oleh penyakit keturunan, sindrom nefrotik, dan penyakit sistemik. Antara usia 15 dan 19, penyakit yang mempengaruhi glomeruli adalah penyebab utama gagal ginjal, dan penyakit keturunan menjadi kurang umum.” Dari keterangan ini, kita tentu patut bertanya-tanya “Mengapa sirup obat yang katanya mengandung EG dan DEG ditengarai sebagai penyebabnya?” Lalu jika ini benar mengapa bisa lolos dari pengawasan BPOM?
Dari data yang sempat dirilis oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahwa salah satu obat yang sempat dilarang beredar adalah Termorex Sirup produksi PT Konimex yang telah digunakan oleh masyarakat Indonesia selama puluhan tahun. Menanggapi pengumuman ini, PT Konimex menyatakan bahwa seluruh obat dalam bentuk sirup yang diproduksi tidak menggunakan bahan baku EG dan DEG dan semua produk obat yang mereka edarkan telah dipastikan menggunakan bahan baku sesuai Farmakope, yaitu buku standar obat yang dikeluarkan badan resmi pemerintah. Anehnya, BPOM pada akhirnya mengeluarkan produk Termorex Sirup dari daftar produk tercemar dengan mengatakan: “Termorex Sirup obat demam yang sebelumnya kami nyatakan tidak aman, setelah kami kembangkan sampling dari batch yang lain, dari lokasi peredaran dan stok tempat sampel berbeda, serta waktu produksi berbeda ternyata produk Termorex Sirup ini aman”.
Dari berbagai informasi ini, maka kemungkinan paling logis penyebab gagal ginjal akut pada anak-anak tsb adalah seperti yang dikatakan mantan Menteri Kesehatan Dokter Siti Fadilah Supari yaitu akibat pemberian vaksin secara langsung maupun akibat tertular orang dewasa yang sudah diberikan vaksin DNA yang mengandung adenovirus, dimana adenovirus bisa berkembang di sel-sel ginjal manusia, serta vaksin mRNA yang tidak hanya membutuhkan nanopartikel mRNA saja, tetapi juga membutuhkan tambahan zat, seperti etilen glikol maupun dietilen glikol. Hal ini sejalan pula terhadap apa yang dikatakan sang pencipta mRNA sendiri (Dr. Robert Malone, MD) yang mengatakan bahwa vaksin mRNA dapat memicu perubahan mendasar dan permanen pada sistem kekebalan tubuh anak-anak serta dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ penting anak-anak, seperti otak, sistem saraf (termasuk ginjal), jantung, pembuluh darah (yang sangat erat kaitannya dengan ginjal), dan sistem reproduksi mereka.
Kasus gagal ginjal akut ini mengingatkan saya pada kasus hepatitis akut yang belum lama juga banyak menimpa anak-anak pada bulan April dan Mei lalu, dimana penyakit ini jelas-jelas disebabkan oleh Adenovirus F41 (HAdV-F41). Saat itu dilaporkan oleh CNN bahwa di AS ketika para peneliti mencoba membaca gen adenovirus pada anak-anak yang terinfeksi, hanya lima yang memiliki materi genetik yang cukup untuk mendapatkan urutan penuh. Di kelimanya, virus itu adalah jenis tertentu yang disebut adenovirus 41. Demikian juga di Inggris, ada 18 kasus dimana peneliti dapat mengurutkan sebagian genom, dan semuanya adalah adenovirus 41F, sama yang ditemukan di AS. Selengkapnya mengenai ini dapat dilihat pada tulisan saya berjudul “Penyebab Hepatitis Misterius” yang dimuat di website jurnalpost.com.
*) Mattula Ada is a researcher and analyst working at Pemda Pangkep
(https://www.linkedin.com/in/mattula-ada-250178/)
Sumber :
~ https://uns.ac.id/id/uns-update/benarkah-paracetamol-sirup-sebabkan-gagal-ginjal-akut-pada-anak.html
~ https://www.niddk.nih.gov/health-information/kidney-disease/children
~ https://investigasi.org/peringatan-penting-pencipta-mrna-untuk-para-orang-tua/
~ https://edition.cnn.com/2022/05/06/health/hepatitis-kids-cdc-update/index.html
~ https://jurnalpost.com/penyebab-hepatitis-misterius/33190/