Ada peningkatan luar biasa dalam hal berita palsu (Hoaks) di media massa, jadi kami merasa bahwa sangatlah penting bagi publik untuk melihat dan mencermati secara detail tentang hal ini, dan bukti bahwa media tidak dapat dipercaya lagi. Meskipun ini terjadi di semua media massa di Indonesia, dalam artikel ini kami akan membuat analisis terhadap Tempo, karena mereka menerbitkan cek fakta palsu tentang salah satu artikel kami.
Cara terbaik untuk melawan rasa takut adalah dengan pengetahuan dan kebenaran. Media saat ini melakukan propaganda dengan tujuan menakut-nakuti rakyat, alat utama mereka adalah kebohongan dan pseudosains. Di sini kami akan memberikan ilmu dan data nyata untuk membantu masyarakat lebih memahami tentang Covid19 dan bahwa tidak perlu takut.
Jadi mari kita mulai dengan “cek fakta” palsu Tempo tentang artikel kami “Fenomena Para Atlet Berjatuhan Dan Kasus Gagal Jantung Setelah Vaksinasi Covid-19″
Artikel “cek fakta” Tempo: Menyesatkan, Fenomena Para Atlet Berjatuhan dan Kasus Gagal Jantung setelah Vaksinasi Covid-19
Artikel ini penuh dengan omong kosong dan referensi pernyataan dari “pakar” tetapi tidak menyertakan data, jurnal, atau bukti yang dapat diverifikasi tentang klaim mereka. Omong kosong terbesar adalah kesimpulan dari artikel:
“Dari pemeriksaan fakta di atas, klaim Fenomena Para Atlet Berjatuhan dan Kasus Gagal Jantung setelah Vaksinasi Covid-19 adalah menyesatkan. Tidak ada bukti ilmiah yang dapat mengaitkan vaksinasi Covid-19 dengan meningkatnya kasus masalah jantung yang menyebabkan 69 atlet pingsan atau meninggal.”
Ini terbukti berita bohong. Berikut adalah daftar jurnal dan artikel media yang membuktikan fakta bahwa vaksin Covid19 menyebabkan masalah jantung yang masif dan bahkan menyebabkan kematian:
Risiko mengembangkan sindrom koroner akut (ACS, penyakit jantung) meningkat secara signifikan pada pasien setelah menerima vaksin mRNA COVID-19, menurut laporan yang dipresentasikan di Sesi Ilmiah American Heart Association (AHA) 2021. Artikel asli | Artikel bahasa Indonesia
Kematian Mendadak Akibat Miokarditis (penyakit jantung) Setelah Vaksinasi BNT162b2 mRNA (Pfizer) COVID-19 di Korea: Laporan Kasus Berfokus pada Temuan Histopatologi. Studi asli | Studi bahasa Indonesia
Tempo sendiri: “AS Temukan Peradangan Jantung pada 8 Anak Usia 5-11 yang Divaksin Covid-19”
Lagi Tempo sendiri: “AS Selidiki Risiko Radang Jantung Akibat Vaksin Moderna”
Bisnis.com: “Studi AS: Remaja Berusia 12–15 Tahun Penerima Vaksin Pfizer Rentan Terkena Radang Jantung | Kabar24 – Bisnis.com”
Suara.com: “Penelitian Ungkap Risiko Peradangan Jantung Vaksin Moderna dan Pfizer, Lebih Tinggi Mana?”
Berita Satu: “Terkait Radang Jantung, Vaksin Covid-19 Moderna Dihentikan Finlandia”
Antara News: “AS tinjau kasus peradangan jantung pasca vaksinasi Pfizer, Moderna”
CNN Indonesia: “Kata Dokter soal Pfizer Sebabkan Radang Jantung Miokarditis”
Setelah “cek fakta” Tempo tentang artikel kami terbukti berita bohong, mari kita lihat omong kosong dan berita bohong lainnya dari Tempo:
Desember 2021: Cek Fakta Bohong Babeh Aldo tentang vaksinasi anak
Artikel Tempo: Keliru, Video Vaksin Sinovac Untuk Anak Belum Diuji Coba
Pertama, klaim mereka tentang Babeh Aldo adalah bohong. Dia tidak pernah mengatakan bahwa “vaksin Sinovac untuk anak belum diuji”. Ia mengatakan “vaksin Sinovac untuk anak belum pernah diujicobakan di INDONESIA”. Ini video aslinya: Tautan Video
Isi artikel mereka hanya blabla dan narasi tanpa fakta atau data. Kami telah menerbitkan artikel dengan semua detail tentang “uji coba” Sinovac untuk anak-anak. Artikel tersebut menyertakan link ke artikel Tempo sendiri yang menunjukkan bahwa “uji coba” hanya dilakukan oleh Sinovac sendiri di Cina, tanpa pengujian atau verifikasi di Indonesia. Vaksin dinyatakan “aman dan efektif” hanya berdasarkan pernyataan dari produsen Cina. Itulah yang dikritik Babeh Aldo dalam videonya. Artikel: Bongkar! Penipuan Vaksinasi Anak Covid19
Juli 2021: Berita Bohong Tempo: Kekebalan alami hanya bertahan selama 6 bulan.
Artikel Tempo: “Ini Alasan Mengapa Penyintas Covid-19 Harus Tetap Divaksin”
Klaim dalam artikel: “Data saat ini menunjukkan infeksi sebelumnya dapat memberikan kekebalan selama sekitar enam bulan”
Ini sepenuhnya salah. Ada lebih dari 100 studi peer-review yang membuktikan bahwa kekebalan alami jauh lebih kuat, efektif, dan lebih tahan lama daripada kekebalan dari vaksin Covid19. Bahkan WHO secara resmi menyatakan pada Mei 2021 bahwa kekebalan alami setara dengan vaksinasi (artikel berita palsu Tempo dari Juli 2021). Kami telah menerbitkan artikel lengkap dengan fakta, banyak jurnal, data dan panduan WHO tentang kekebalan alami: CEK FAKTA | Penyintas Covid-19 Harus Divaksin?
28 Juni 2021, Tempo menerbitkan headline bombastis bahwa 3% dari 250.000 anak yang pernah terinfeksi Covid19 telah meninggal.
Artikel Tempo: Data IDAI: 3 Persen dari 250 Ribu Kasus Anak Terpapar Covid-19, Meninggal
Klaim palsu: 3% dari 250.000 (= 7.500) anak meninggal. Meski informasi ini diberikan oleh IDAI, Tempo harus mengecek kebenarannya sebelum mempublikasikan berita bohong yang tidak masuk akal seperti itu. Kenyataannya hanya 671 (0,27%) yang meninggal menurut data resmi pemerintah (Kemenkes).
Kami telah menerbitkan 2 analisis lengkap dengan bukti dan data nyata tentang kasus ini, begitulah cara kerja jurnalisme yang tepat:
Bongkar! Penipuan Vaksinasi Anak Covid19
Tindak Pidana IDAI: Menyebarkan Berita Bohong Untuk Menciptakan Ketakutan
8 Desember 2021, Tempo memperingatkan bahwa Orang Dewasa dan Anak-anak yang tidak divaksinasi berisiko terinfeksi Omicron.
Artikel Tempo: Anak-anak dan Orang Dewasa Belum Divaksin Berisiko Tertular Omicron
Ini adalah berita bohong. Pada saat artikel itu diterbitkan, kami juga menerbitkan Artikel dengan semua fakta, sains, dan data tentang Omicron: Fakta Sebenarnya tentang Omicron
Fakta yang dibuktikan dalam artikel kami menunjukkan bahwa pada saat itu tidak ada satu pun kasus Omicron yang diketahui pada orang yang tidak divaksinasi di seluruh dunia. Hanya orang yang divaksinasi lengkap yang ditemukan menderita Omicron. Juga orang yang divaksinasi lengkap yang menyebarkan Omicron dari Afrika ke seluruh dunia dan varian Omicron disebabkan oleh vaksinasi Covid-19. Tidak ada data yang tersedia saat itu yang menunjukkan bahaya apapun bagi orang yang tidak divaksin dan tidak ada data yang menunjukkan bahwa vaksin dapat memberikan perlindungan apapun terhadap Omicron. Judul artikel adalah omong kosong menyesatkan yang bombastis dan isi artikel lainnya adalah omong kosong yang sama, berdasarkan pernyataan dari “para ahli” tanpa data atau bukti apa pun. Tujuan artikel ini adalah untuk menakut-nakuti orang dengan informasi palsu supaya banyak masyarakat yang bersedia untuk divaksinasi.
Jelas bahwa Tempo telah kehilangan semua standar dan etika jurnalistik, bahkan telah menjadi divisi propaganda industri farmasi dengan tujuan menyebarkan ketakutan dan disinformasi untuk mendorong vaksin. Sedih banget… dulunya media berita terpercaya dan investigatif, sekarang hanya berita bohong.
Kami harus segera mempublikasikan artikel ini agar masyarakat dapat mengetahui informasi penting ini secepat mungkin, kami memiliki lebih banyak berita bohong dari Tempo yang akan kami tambahkan dalam beberapa hari mendatang.
Jadilah cerdas, tetap berpikiran terbuka, jangan percaya apapun dari media yang menyatakan bahwa sesuatu yang mereka coba buktikan hanya menyebutkan, “…menurut pernyataan ahli”, ataupun, ” …dari pernyataan “ahli”… yang tidak dapat diverifikasi secara independen oleh data dan jurnal peer review. Kita hidup di tengah pandemi misinformasi terbesar dalam sejarah dan misinformasi dapat menyebabkan dampak yang sangat buruk.