Revolusi Industri Keempat dan transformasi digital mencakup sejumlah inovasi yang bermanfaat, namun juga berbahaya. Ada ancaman serius bagi kesehatan, hak asasi manusia, dan demokrasi yang tidak boleh dianggap remeh. Masyarakat dan para pengambil keputusan perlu membedakan dengan hati-hati apa yang mereka terima dan apa yang mereka tolak atas nama digitalisasi. Ringkasan Kebijakan WCH yang mendalam ini menunjukkan aspek-aspek proses digitalisasi yang berdampak negatif terhadap kesehatan (publik), hak asasi manusia, dan demokrasi. Laporan ini membahas teknologi nirkabel berbasis radiasi (termasuk 5G), dampak penggunaan teknologi digital yang berlebihan atau salah kaprah pada kesehatan mental dan perkembangan serta kondisi tidak manusiawi di tempat di mana sejumlah teknologi ini diproduksi. Selanjutnya dijelaskan ancaman yang berasal dari ekonomi pengintaian, ID Digital, Mata Uang Digital Bank Sentral (CBDC) dan gagasan masyarakat tanpa uang tunai. Dokumen ini berisi rekomendasi kebijakan untuk mengatasi masalah ini dan mencegah bahayanya secara efektif. Selain itu, dokumen ini dimaksudkan untuk memberdayakan pembaca agar dapat mengambil keputusan yang tepat dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan teknologi ini, dan ketika menghadapi dampak Revolusi Industri Keempat.
KEBIJAKAN
Dampak Digitalisasi Tanpa Batas pada Kesehatan dan Demokrasi
Agustus 2023
Dewan Dunia untuk Kesehatan
Daftar Isi
I. Pendahuluan 3
II. Dampak Transformasi Digital Tanpa Batas 5
A. Terhadap Kesehatan 5
Masalah 1: Teknologi Nirkabel 5
Masalah 2: Kesehatan Mental dan Pembangunan 12
Masalah 3: Pertambangan dan Produksi 15
B. Terhadap Demokrasi 18
Masalah 1: ID Digital, Pengintaian, dan Sistem Kredit Sosial 18
Masalah 2: Mata Uang Digital Bank Sentral (CBDC) dan Ancaman terhadap Uang Tunai 23
III. Rekomendasi Kebijakan 27
A. Melindungi Kesehatan 27
Mengurangi dan Mengganti Teknologi Nirkabel Berbasis Radiasi 27
Penggunaan Teknologi yang Bijaksana 31
Perdagangan Adil 32
B. Melindungi Demokrasi 32
Desentralisasi dan Prinsip Subsidiaritas 32
Hak Privasi dan Minimalisasi Data 32
Hak Menggunakan Uang Tunai dan Pencegahan CBDC 34
C. Melakukan Analisis Rasional yang Didorong Etika 34
IV. Rekomendasi untuk Pembaca 36
V. Kesimpulan 41
I. Pendahuluan
Kita sedang menyaksikan apa yang disebut sebagai Revolusi Industri Keempat, yaitu transformasi digital di semua bidang kehidupan dan produksi. Aspek-aspek digitalisasi, jika diimplementasikan secara bertanggung jawab, dapat memberikan manfaat, misalnya dalam hal konektivitas global, akses informasi, pembelajaran jarak jauh, dan pekerjaan. Manfaat-manfaat tersebut telah dipublikasikan dan didiskusikan secara luas, sehingga tidak perlu diulangi lagi di sini. Sebaliknya, dokumen ini akan membahas aspek-aspek digitalisasi yang tidak terlihat yang sering diabaikan.
Dalam banyak hal, apa yang disajikan sebagai digitalisasi saat ini hanyalah sensasi, ideologi serta harapan terhadap manfaat material dan kekuasaan yang sering kali diterima tanpa kritik. Ia dijual kepada publik dan perwakilan politik melalui narasi kemajuan yang dikembangkan industri TI serta pemangku kepentingan lain terkait Revolusi Industri Keempat seperti Forum Ekonomi dunia (WEF). Dikatakan bahwa jika kita tidak mengadopsi semua teknologi yang ada dan tidak mendigitalkan seluruh aspek kehidupan dan ekonomi kita, kita akan tertinggal secara ekonomi dan menjadi orang yang terbuang secara sosial. Narasi penuh tipu daya ini memanipulasi kecemasan eksistensial dan ketakutan pengucilan. Ia dirancang untuk membuat orang menerima tanpa ragu segala sesuatu yang mengatasnamakan digitalisasi.
Meskipun kita menyambut baik inovasi bermanfaat, kita harus bersikap tegas terhadap inovasi berbahaya, dan menentang penerapannya. Istilah umum digitalisasi mencakup sejumlah inovasi positif sekaligus negatif, yang menghadirkan ancaman besar bagi kesehatan, hak asasi manusia, dan demokrasi yang tidak boleh diremehkan. Masyarakat dan para pengambil keputusan perlu membedakan dengan hati-hati apa yang mereka terima dan apa yang mereka tolak atas nama digitalisasi.
Analisis cermat terhadap Revolusi Industri Keempat atau Industri 4.0 menunjukkan bahwa dalam praktiknya, masyarakat semakin tertinggal dan dirugikan karena digitalisasi yang tidak diatur dan tidak dibatasi. Dampak negatif, seperti keberadaan budak dan pekerja anak yang menambang bahan mentah dalam kondisi tidak manusiawi dan berisiko mematikan, efek kesehatan fisik dan mental yang merugikan dari suatu produk teknologi, berkurangnya hak asasi atas privasi dan kemampuan menentukan nasib sendiri berdasarkan informasi yang memadai, berkembangnya penambangan data dan pengintaian biometrik yang tidak sah, proyeksi penggantian sebagian tenaga kerja manusia oleh mesin, masalah keamanan data dan ancaman yang ditimbulkan perlombaan senjata berbasis Kecerdasan Buatan, menjadi tersembunyi akibat pemasaran memukau dan narasi bombastis dari industri bernilai triliunan dolar dan kelompok yang berkepentingan secara ideologis seperti WEF. Juga diabaikan potensi Industri 4.0, yang jika ditangani secara salah, bersifat destruktif bagi lingkungan dan ekosistem, serta memboroskan energi dan sumber daya lainnya secara masif. Namun, kampanye akar rumput lokal, organisasi hak asasi manusia dan para aktivis politik serta saintis terkenal telah semakin berhasil meningkatkan kesadaran tentang aspek-aspek yang bersifat sensasi dari transformasi digital yang disebutkan di atas, yang perlu segera diperhatikan publik secara cermat.
Tujuan dokumen ini
Dokumen ini memberikan gambaran umum mengenai aspek proses digitalisasi yang berdampak negatif terhadap kesehatan (publik), hak asasi manusia, dan demokrasi. Dokumen ini juga berisi rekomendasi kebijakan untuk mengatasi hal-hal ini secara efektif dan mencegah bahaya. Selain itu, dokumen ini dimaksudkan memberdayakan pembaca agar dapat mengambil keputusan tepat dalam kehidupan sehari-hari ketika berinteraksi dengan teknologi, dan ketika menghadapi dampak Revolusi Industri Keempat.
I. Dampak Transformasi Digital Tanpa Batas
A. Terhadap Kesehatan
Masalah 1: Teknologi Nirkabel
Ketika berbicara tentang kesehatan manusia, salah satu aspek paling berbahaya dan mengkhawatirkan dari transformasi digital tanpa batas adalah peningkatan radiasi yang dipancarkan miliaran perangkat teknologi nirkabel. Dengan rencana semakin banyaknya produk akhir nirkabel yang terhubung ke Internet of Things (termasuk TV, mesin kopi atau bahkan panci, mainan anak-anak, dan popok) dan rencana pemasangan jutaan menara sel kecil 5G baru di daerah pemukiman, radiasi dan electrosmog akan bertambah ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Istilah electrosmog menggambarkan totalitas medan listrik, medan magnet, dan radiasi elektromagnetik yang hadir 24/7 dari semua perangkat listrik dan elektronik, kabel listrik, saluran listrik, serta perangkat nirkabel dan antena. Dengan komunikasi kabel, informasi ditransmisikan melalui kabel, dan medan elektromagnetik (EMF) serta radiasi bersifat tidak disengaja. Rekayasa yang tepat dapat mengurangi medan dan radiasi yang tidak diinginkan seminimal mungkin.
Sebaliknya, dengan komunikasi nirkabel, radiasi adalah produknya. Radiasi menggantikan kabel dalam mentransmisikan informasi. Nirkabel berarti radiasi. Perangkat seluler beroperasi dalam spektrum gelombang mikro (spektrum berbahaya yang berlawanan dengan EMF yang memiliki sifat penyembuhan), dengan hasil bahwa seluruh planet ini sekarang terkena radiasi gelombang mikro yang jutaan hingga miliaran kali lebih kuat daripada radiasi matahari dan bintang di mana kehidupan berevolusi (bdk. Presman 1970: 31).
Kehidupan tidak hanya didasarkan pada kimia, namun lebih mendasar lagi pada medan elektromagnetik (bdk. Becker 1985; Sulman 1980). Aliran elektron yang tidak terhalang sangat penting bagi fungsi saraf, jantung, dan metabolisme kita (bdk. Sulman 1980). Gangguan pada arus listrik ini dapat menyebabkan penyakit saraf, penyakit jantung, penyakit metabolik seperti diabetes, dan kanker (bdk. Firstenberg 2020). Organisme dengan metabolisme yang sangat tinggi, seperti lebah dan serangga lainnya, mengalami kemusnahan (bdk. Cucurachi dkk. 2013; Hingga 2020). Sejumlah besar penelitian mendokumentasikan dampak buruk radiasi nirkabel terhadap mamalia, burung, serangga, amfibi, dan hutan (bdk. Levitt dkk. 2021).
Kerusakan yang terjadi pada kesehatan dan dunia kita akibat jumlah perangkat nirkabel dan infrastrukturnya yang terus meningkat tidak hanya disebabkan frekuensi pembawa gelombang mikro, tetapi juga modulasi dan denyut frekuensi rendah yang membawa informasi yang ditransmisikan. “Dengan demikian, modulasi dapat dianggap sebagai konten informasi yang tertanam dalam gelombang pembawa frekuensi yang lebih tinggi yang mungkin memiliki konsekuensi kesehatan di luar efek apa pun dari gelombang pembawa secara langsung” (bdk. Blackman 2007).
Pengetahuan ini telah dikaburkan akibat subversi organisasi ilmiah dan lembaga pengawas oleh pemangku kepentingan industri dan lainnya. Perdebatan ilmiah itu sendiri telah dilumpuhkan secara artifisial, dengan dua kelompok saintis menyajikan kesimpulan yang berlawanan. Kelompok yang bersikeras bahwa radiasi yang dipancarkan teknologi nirkabel ini aman memiliki hubungan erat dengan industri; kelompok lain yang menjelaskan bahwa teknologi ini berbahaya sebagian besar terdiri dari para saintis yang independen dari industri. Badan-badan pemerintah – yang dikompromikan industri, kepentingan nasional dan sensasi pertumbuhan ekonomi – serta entitas supranasional seperti Organisasi Kesehatan Dunia atau Forum Ekonomi Dunia, mengikuti kepentingan industri.
Dariusz Leszczynski (2022: 1-2), Profesor Biokimia dan Bioteknologi serta Pemimpin Redaksi bidang khusus Radiasi dan Kesehatan untuk jurnal Frontiers in Public Health, menjelaskan:
“Evaluasi terhadap bukti ilmiah yang sama menghasilkan kesimpulan yang berbeda, tergantung pada saintis yang melakukan analisis. Evaluasi penelitian yang dilakukan dua kelompok saintis, yang membentuk Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi Non Pengion (ICNIRP) dan Komite Internasional untuk Keselamatan Elektromagnetik dari Institut Insinyur Elektro dan Elektronika (IEEE-ICES) [keduanya merupakan kepanjangan tangan industri], digunakan untuk menetapkan pedoman keselamatan internasional. Baik ICNIRP maupun IEEE-ICES menyatakan bahwa bukti ilmiah menunjukkan kurangnya efek kesehatan yang berbahaya. Pendapat ICNIRP, secara historis, telah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) […] dan mayoritas pemerintah nasional.
Namun, evaluasi bukti ilmiah yang sama oleh saintis lain termasuk BioInitiative, Komite Internasional untuk Keselamatan Elektromagnetik (ICEMS), atau Komisi Internasional untuk Efek Biologis dari Medan Elektromagnetik (ICBE-EMFs) [organisasi yang independen dari industri] mengarah pada kesimpulan bahwa bukti ilmiah tersebut menunjukkan bahaya nyata bagi kesehatan.” Karena kelompok-kelompok yang lebih independen tidak didengar, mereka menggugat ke pengadilan dengan bukti-bukti mereka. Leszczynski (2022: 2) menulis: “Oleh itu, agar didengar otoritas keselamatan radiasi nasional dan pemerintah, para saintis dari organisasi-organisasi ini dan para aktivis publik secara umum mulai menggugat ke pengadilan untuk membuktikan bahwa interpretasi mereka terhadap bukti ilmiah adalah benar”.
Leszczynski (2022) melanjutkan bahwa pihak-pihak yang berbeda pendapat hampir tidak pernah bertemu untuk melihat bukti bersama dan mempertimbangkan masukan dari semua pihak, kecuali satu kali. Saat itu, mereka, pada kenyataannya, menyetujui adanya potensi bahaya. Leszczynski (2022: 3) menjelaskan:
“Hanya ada satu evaluasi ilmiah terhadap studi RF-EMF di mana kelompok saintis dari seluruh spektrum pendapat ilmiah yang beragam tentang RF-EMF dan kesehatan, khususnya kanker, berkumpul. Kelompok saintis yang beragam ini berkumpul pada bulan Mei / Juni 2011 di Markas Besar Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) di Lyon dan setelah perdebatan sengit menghasilkan rekomendasi bahwa RF-EMF kemungkinan merupakan bersifat karsinogenik bagi manusia. […] Evaluasi ini didukung sebagian besar anggota Kelompok Kerja.”
Posisi tersebut merupakan sebuah kompromi. Dalam sebuah artikel di jurnal Molecular and Clinical Oncology, Hardell dan Nyberg (2020: 1) menulis: “Bukti-bukti sejak saat itu telah diperkuat penelitian lebih lanjut; dengan demikian, radiasi RF sekarang dapat diklasifikasikan sebagai bersifat karsinogenik bagi manusia, Kelompok 1. Meskipun demikian, radiasi gelombang mikro bertambah dengan meningkatnya paparan individu dan lingkungan.” Mereka juga menjelaskan bahwa “para pejabat bergantung pada pendapat individu dalam ICNIRP dan Komite Ilmiah untuk Risiko Kesehatan yang Muncul dan Baru Teridentifikasi (SCENIHR), yang sebagian besar memiliki hubungan dengan industri.” (ibid.)
Pemimpin Redaksi jurnal Health and Radiation Frontiers, Dariusz Leszczynski (2017: 46-47), menunjukkan teknologi yang dimaksud “sangat menguntungkan” dan “evaluasi yang bias terhadap sains terkait” digunakan untuk menemukan “alasan pemasangannya yang tidak terbatas”. Dia menulis: “Klaim bahwa standar keamanan yang ada saat ini melindungi semua pengguna tidak didukung bukti ilmiah”. Dia memperingatkan: “Prinsip Kehati-hatian harus diterapkan – ini bukan ‘menakut-nakuti'” dan “anak-anak harus dilindungi secara khusus dengan tindakan pencegahan” (misalnya, oleh sekolah yang hanya menggunakan internet berkabel). Dia menyarankan pengguna mengetahui apa yang terjadi di balik layar dan “membatasi paparan [terhadap perangkat nirkabel] jika memungkinkan dan dapat dilakukan”.
Sebuah himbauan dari lebih dari 230 saintis terkenal menyebutkan bahwa masalah kesehatan terkait teknologi nirkabel adalah “peningkatan risiko kanker, stres seluler, peningkatan radikal bebas berbahaya, kerusakan genetik, perubahan struktural dan fungsional dari sistem reproduksi, defisit pembelajaran dan memori, gangguan neurologis, dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia secara umum. Kerusakan tidak hanya terjadi pada manusia, karena semakin banyak bukti yang menunjukkan dampak berbahaya bagi kehidupan tumbuhan dan hewan.” (Environment Health Trust 2017: 1).
Oleh itu, infrastruktur nirkabel berbasis radiasi tidak boleh diperluas. Blackman dan Forge (2019: 11-12) dalam dokumen yang disusun untuk Parlemen Eropa mengakui: “Kekhawatiran yang signifikan muncul atas kemungkinan dampak terhadap kesehatan dan keselamatan yang timbul dari potensi paparan radiasi elektromagnetik frekuensi radio yang jauh lebih tinggi akibat 5G. Peningkatan paparan dapat terjadi tidak hanya karena penggunaan frekuensi yang jauh lebih tinggi pada 5G, tetapi juga karena potensi penggabungan sinyal yang berbeda, sifat dinamisnya, dan efek interferensi kompleks yang mungkin terjadi, terutama di daerah perkotaan yang padat.”
Leszczynski (2017: 47) menyerukan “moratorium 5G“. Lennart Hardell (dokter medis dan Profesor di Departemen Onkologi, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Örebro, Swedia) adalah satu dari lebih 230 saintis ternama yang berasal dari 41 negara – yang semuanya telah menerbitkan penelitian yang ditinjau rekan sejawat mengenai dampak biologis dan kesehatan akibat radiasi – telah menandatangani Himbauan untuk menghentikan 5G dan mencermati dampak radiasi nirkabel terhadap kesehatan secara umum. Hardell mengatakan: “Studi ilmiah dari bertahun-tahun lalu, bersama banyak studi baru, secara konsisten mengidentifikasi dampak berbahaya terhadap kesehatan manusia ketika produk nirkabel betul-betul diuji menggunakan kondisi yang mencerminkan paparan aktual. Dengan adanya bahaya tersebut, kami sangat khawatir bahwa paparan tambahan terhadap radiasi 5G dapat mengakibatkan kerusakan tragis dan tidak dapat dipulihkan.” (Environmental Health Trust 2017: 1). Penandatangan bersama dan saintis pemenang penghargaan Joel Moskowitz (peneliti kesehatan masyarakat dan Direktur Pusat Kesehatan Masyarakat, Universitas California) menyatakan: “Penelitian yang ditinjau rekan sejawat telah mendokumentasikan pengaruh industri terhadap studi tentang dampak kesehatan dari radiasi nirkabel. Kami mendesak adanya moratorium 5G […].” (ibid: 1).
Beatrice Golomb (Profesor Kedokteran, Universitas California) menyerukan penerapan alternatif teknologi nirkabel secara umum. Dia menulis: “Ayo berfokus pada teknologi yang lebih aman, berkabel, dan terlindung dengan baik – bukan lebih banyak nirkabel.” (ibid: 1) Pergeseran ke arah teknologi berkabel dan terlindung dalam transformasi digital pada akhirnya akan menentukan kualitas hidup dan kesehatan sejumlah besar orang dan hewan serta ekosistem.
Salah satu kelompok yang sangat menderita adalah orang-orang yang sangat sensitif terhadap efek radiasi. Pada tahun 2018, Badan Keamanan Pangan, Lingkungan, dan Kesehatan Kerja Prancis (ANSES) memperkirakan bahwa di Eropa saja, prevalensi hipersensitivitas elektromagnetik (EHS) memengaruhi 5% populasi umum. Secara keseluruhan, diperkirakan 0,65% dari populasi menjadi terbatas ruang geraknya akibat terpapar radiasi menyeluruh, terutama di perkotaan.
Badan Prancis ANSES menyatakan bahwa “keluhan (rasa sakit, penderitaan) yang diungkapkan orang-orang [ini] […] sesuai dengan kenyataan yang mereka alami, sehingga mereka perlu menyesuaikan kehidupan sehari-hari untuk mengatasinya. Gejala-gejala […], serta isolasi psiko-sosial yang dialami beberapa di antara mereka, membutuhkan dan menjustifikasi perawatan yang tepat oleh penyedia layanan kesehatan dan sosial”. Beberapa saintis percaya bahwa kelompok ini lebih sensitif terhadap produksi radikal bebas berlebihan yang disebabkan jenis radiasi tertentu yang mengakibatkan penyakit inflamasi (stres sel oksidatif). Penulis Arthur Firstenberg menggambarkan pengalamannya sendiri sebagai berikut:
Semua Orang Terdampak
“Pada tahun 1996, ketika saya menjalani kehidupan normal di Brooklyn, T-Mobile datang dan memasang 600 antena di atap rumah di seluruh kota New York dan menyalakannya pada tanggal 14 November. Tidak satu pun dari antena tersebut berada di atap gedung saya atau gedung di sekitarnya. Selama 6 hari saya tidak bisa makan, tidur, atau bernapas. Saya meninggalkan kota pada pagi hari di hari ke-7 untuk menyelamatkan diri. Saya harus meninggalkan keluarga, teman, dan kehidupan saya sebelumnya. Saya harus meminjam mobil untuk keluar dari New York agar bisa tidur ketika berhenti di jalan. Kami memasang iklan baris kecil di koran mingguan gratis untuk mengetahui seberapa luas masalahnya. Ratusan orang menjawab iklan tersebut. Semuanya terbangun pada sekitar tanggal 15 November 1996 dan mengira bahwa mereka mengalami stroke, serangan jantung atau gangguan saraf. Mereka menjadi anggota awal Satuan Tugas Telepon Seluler. Orang pertama yang menjawab iklan tersebut, seorang karyawan maskapai penerbangan di Bronx, meninggal karena stroke 5 bulan kemudian karena tidak seperti saya, dia tidak keluar dari kota New York. Saya mendapatkan statistik kematian mingguan dari CDC. Pemberlakuan 2G telah menyebabkan peningkatan langsung dalam kematian di setiap kota pada saat penyiaran nirkabel digital dimulai pada tahun 1996 atau 1997, dan menewaskan sedikitnya 10.000 orang. Saya mempekerjakan seseorang yang memiliki penganalisis spektrum untuk melakukan pengukuran di apartemen saya. Tingkat paparan yang mematikan bagi saya dan ribuan orang lainnya adalah kurang dari 1 mikrowatt per meter persegi (kurang dari 0,0001 mikrowatt per sentimeter persegi), tingkat yang dianggap aman oleh semua orang yang menolak melihat kenyataan ini. Tidak ada tempat di bumi yang bisa saya tuju hari ini untuk menjalani hidup tanpa rasa sakit, dan berpartisipasi dalam masyarakat. Saya tidak bisa bepergian. Saya tidak bisa tinggal di hotel. Saya tidak bisa pergi ke restoran atau kedai kopi. Saya tidak bisa pergi ke bioskop atau ke konser. Saya tidak bisa mengantri di toko kelontong atau kantor pos. Mengapa? Karena setiap orang memiliki ponsel dan rasanya sakit jika berada di dekat mereka. Tidak peduli apakah mereka sedang berbicara atau mengirim pesan atau dalam mode pesawat atau dalam keadaan mati selama baterainya masih ada. Ini menyakitkan dan telah merampas semua hak dan kebebasan yang dijamin kepada saya sebagai warga negara Amerika.” |
Industri nirkabel telah menghadapi perlawanan efektif dari komunitas lokal yang berusaha membatasi radiasi yang ditimbulkannya. Berbagai tempat – termasuk daerah pinggiran kota yang menjadi tempat tinggal para maestro TI di Silicon Valley – dan kota-kota seperti Brussel atau Jenewa telah berhasil memblokir pemasangan produk terbaru industri ini – 5G – karena masalah kesehatan yang luas.
Untuk melawan oposisi lokal terhadap produknya, industri nirkabel dan afiliasi politiknya di berbagai sisi spektrum politik telah berupaya merebut kendali penuh atas proses digitalisasi dengan memusatkan pengambilan keputusan dan dengan demikian menghilangkan suara masyarakat yang terkena dampak langsung.
Di Amerika Serikat, misalnya, industri nirkabel berada di belakang undang-undang di setidaknya 20 negara bagian dan di tingkat federal. Pada tahun 2017, Gubernur California Jerry Brown memveto sebuah langkah “yang akan menghancurkan kontrol lokal dan menempatkan kepentingan industri nirkabel di atas kepentingan penduduk California. Sebuah koalisi luas yang terdiri dari aktivis kota, kabupaten, daerah, tenaga kerja dan konsumen menentang SB 649 oleh Senator Ben Hueso (D-San Diego). SB tersebut akan memberikan penyedia layanan nirkabel kemampuan tanpa batas untuk memasang peralatan seluler besar di lampu jalan atau sinyal lalu lintas serta perpustakaan umum dan bangunan publik lainnya tanpa izin dari pemerintah daerah, masukan dari masyarakat atau kompensasi yang adil bagi penduduk kota dan daerah.” (California State Association of Counties 2017: 1) Contoh upaya saat ini untuk memonopoli pengambilan keputusan dan melemahkan komunitas lokal adalah RUU pencegahan otoritas lokal atas proyek pemasangan pita lebar (H.R. 3557) yang sedang diajukan oleh pihak Partai Republik di Dewan Perwakilan. Apa yang disebut sebagai undang-undang pencegahan negara bagian dirancang untuk mencegah pemerintah lokal dan masyarakat mengesahkan atau memberlakukan undang-undang terkait pokok bahasan tertentu. Terkait H.R. 3557, National Association of Counties [Asosiasi Daerah Nasional] AS (2023) menjelaskan:
H.R. 3557 akan memberlakukan pembatasan baru pada berbagai penggunaan lahan negara bagian dan lokal serta otoritas zonasi yang terkait pemasangan infrastruktur telekomunikasi, termasuk pemasangan nirkabel dan pemasangan kabel […] Ketentuan-ketentuan berikut ini menjadi perhatian daerah dan termasuk dalam H.R. 3557:
– Pencegahan otoritas zonasi negara bagian dan lokal atas penempatan teknologi nirkabel, termasuk menara, peralatan, dan sel kecil; – Penghapusan otoritas pemerintah negara bagian dan lokal untuk mengelola hak jalan (ROW) publik dengan memungut kompensasi pasar yang adil atas penggunaan dan pengelolaannya, dan membatasi biaya ROW pada “biaya aktual dan masuk akal secara obyektif”; – Pemberlakuan peraturan batas waktu dan ketentuan “yang dianggap telah disetujui” yang menetapkan batas waktu untuk peninjauan dan persetujuan proyek-proyek telekomunikasi; […] National Association of Counties (NACo), bersama mitra organisasi pemerintah daerah National League of Cities (NLC), U.S. Conference of Mayors (USCM), dan National Association of Telecommunications Oficers and Advisors (NATOA) mendesak Subkomite Dewan Perwakilan untuk Komunikasi dan Teknologi menolak legislasi yang akan melanggar otoritas lokal […] Daerah mendesak Kongres untuk mempertahankan semua otoritas penggunaan lahan dan zonasi lokal di seluruh tahap pelaksanaan proyek infrastruktur pitalebar […] pencegahan otoritas pengambilan keputusan lokal hanya akan mensubversi tujuan program pitalebar bersejarah yang didanai pemerintah pusat dengan mengurangi kemampuan daerah memastikan bahwa proyek pemasangannya akan memenuhi semua kebutuhan masyarakat.” |
H.R. 3557 merupakan serangan langsung terhadap hak lembaga politik lokal dan prinsip subsidiaritas yang menyatakan bahwa masalah-masalah politik harus ditangani selokal mungkin. RUU ini juga mengancam suara dan kesehatan masyarakat. Dalam praktiknya, RUU ini dapat, misalnya, melemahkan kota kecil, kota besar, walikota, dan daerah untuk mencegah pemasangan menara dan jaringan 5G di daerah pemukiman tepat di depan rumah penduduk. Jika disahkan, H.R. 3557 – sebagai contoh tren yang lebih luas – akan memindahkan kekuasaan pengambilan keputusan dari tingkat lokal, ke badan-badan pemerintah federal yang terkompromi industri dan kepentingan khusus lainnya.
Korupsi dan penyusupan badan-badan dan komite-komite federal oleh industri yang seharusnya mereka atur telah didokumentasikan dengan baik. Sebuah publikasi dari Universitas Harvard, misalnya, menunjukkan bagaimana Komisi Komunikasi Federal (Federal Communications Commission/FCC) didominasi oleh industri yang seharusnya diawasinya (lihat Alster 2015). Dokumen Harvard menyatakan:
“FCC berada di inti jaringan yang telah memungkinkan kepentingan bermodal besar dengan akses tak terbatas menggunakan berbagai cara untuk mempengaruhi kebijakannya, sering kali dengan mengorbankan kepentingan publik yang mendasar. Akibatnya, keselamatan, kesehatan, serta privasi dan dompet konsumen, semuanya diabaikan, dikorbankan, atau dirampok karena pengaruh industri yang tidak terkendali. [Yang paling berbahaya, industri nirkabel telah dibiarkan tumbuh tanpa terkendali dan hampir tanpa aturan, di mana pertanyaan mendasar tentang dampak kesehatan masyarakat secara rutin diabaikan.
Industri mengendalikan FCC melalui cengkeraman kuat yang meluas dari pendanaan kampanye di Kongres melalui kontrolnya atas komite pengawas Kongres FCC hingga lobinya yang gigih. […]
Kontrol industri, dalam hal masalah kesehatan nirkabel, tidak hanya terbatas pada Kongres dan regulator, tetapi juga pada penelitian saintifik dasar. Meniru taktik keras industri tembakau, industri nirkabel telah memastikan kekuatan ekonomi dan politiknya dengan menghalangi hubungan masyarakat dan mengintimidasi pengkritik potensial melalui gerombolan pengacaranya. Dengan cara ini, industri nirkabel mengintimidasi dan membungkam Kota San Francisco, sambil bertindak kasar terhadap penduduk lokal yang menentang infrastruktur ekspansifnya.
Pada tingkat pribadi, seluruh sistem ini dikotori oleh penempatan jabatan kepemimpinan eksekutif antara FCC dan industri yang diawasinya secara bebas. Saat ini yang memimpin FCC adalah Tom Wheeler, seorang pria yang telah memimpin dua kelompok lobi industri yang paling kuat: CTIA dan NCTA. Wheeler-lah yang pernah mengawasi upaya penelitian yang didanai industri senilai $25 juta tentang efek kesehatan nirkabel. Tetapi ketika pemimpin penelitian yang dipilih sendiri oleh George Carlo menyimpulkan bahwa radiasi nirkabel memang meningkatkan risiko tumor otak, CTIA yang dipimpin Wheeler diduga bergegas meredam pesan tersebut. – “Anda yang melakukan penelitian saintifiknya. Saya akan mengurus politiknya,’ Carlo mengingat Wheeler berkata.” (Alster 2015: 4-5)
Sementara beberapa inovasi teknologi mungkin bermanfaat bagi masyarakat, ada juga yang tidak. Masyarakat tidak harus dan tidak boleh menerapkan semua hal yang dapat dilakukan secara teknologi, terutama jika dampak negatifnya signifikan. Keputusan apakah sebuah teknologi digunakan di area tertentu tidak boleh diserahkan kepada industri yang mendapatkan laba darinya atau badan-badan federal yang telah dikorupsi, tetapi harus diambil oleh masyarakat lokal sendiri serta perwakilan politik yang paling dekat dan mudah diakses. Pada saat yang sama, perlu dipastikan bahwa teknologi yang digunakan tidak berkontribusi pada eksploitasi manusia, perusakan ekosistem, dan desain yang otoriter.
Masalah 2: Kesehatan Mental dan Pembangunan
Teknologi digital, jika digunakan dengan cara yang salah, dapat sangat berbahaya bagi kesehatan mental, terutama pada anak-anak dan orang dewasa muda. Limone dan Toto (2022: 8) menulis dalam tinjauan sistematis mereka yang diterbitkan di Frontiers in Psychology:
“Para peneliti telah mendokumentasikan bahwa teknologi digital berdampak pada hasil psikologis dan emosional remaja. Bukti tinjauan sistematis ini mengungkapkan bahwa penggunaan teknologi digital, terutama yang berlebihan, berdampak negatif pada kesehatan psikologis dan emosional remaja (p < 0,005). Hal ini konsisten dengan […] studi historis.
Para peneliti juga telah mendokumentasikan bahwa terdapat perbedaan gender dalam dampak teknologi digital terhadap hasil psikologis dan emosional remaja. Bukti tinjauan sistematis ini mengungkapkan bahwa penggunaan teknologi digital berdampak lebih negatif pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki, terutama sebagai konsekuensi penggunaan media sosial (p < 0,005). Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya, yang menemukan tren serupa (Montag dan Elhai, 2020; Lehtimaki dkk., 2021; Marciano dkk., 2021). […]
Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja mengalami dampak kesehatan mental yang merugikan, termasuk perasaan terisolasi secara sosial, depresi, kecemasan, dan peningkatan perilaku maladaptif sebagai akibat dari peningkatan penggunaan teknologi digital selama pandemi COVID-19 (Limone dan Toto, 2021).”
Bukan penggunaan teknologi itu sendiri yang berkontribusi terhadap gangguan mental, melainkan penggunaan yang berlebihan dan/atau salah. Sebuah penelitian yang diterbitkan di JAMA Psychiatry, misalnya, menyimpulkan bahwa “remaja yang menghabiskan lebih dari 3 jam per hari di media sosial mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mental.” (Riehm dkk. 2019: 1)
Namun, perangkat teknologi digital dan aplikasi atau jaringan media sosial yang diakses melalui perangkat tersebut secara eksplisit dirancang membuat orang kecanduan, yang mengakibatkan penggunaan yang berlebihan, jika tidak dikontrol secara sadar. Nancy De Angelis (Direktur Kesehatan Perilaku di Jefferson Health) memberikan contoh: “Platform media sosial mendorong lonjakan dopamin ke otak untuk membuat konsumen terus menggunakannya. Berbagi, menyukai, dan berkomentar di platform ini memicu pusat penghargaan otak, menghasilkan rasa senang yang mirip dengan yang dirasakan orang saat berjudi atau menggunakan narkoba.” (Jefferson Health 2022: 1) Hal ini dapat mengakibatkan perilaku kecanduan. Kecanduan pada gilirannya menyebabkan penggunaan yang berlebihan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan mental dan fisik yang parah serta isolasi sosial.
Sebuah laporan dari Institut Karolinska Swedia juga menunjukkan masalah pertumbuhan dan memberikan argumen yang kuat untuk menentang digitalisasi sekolah. Laporan ini digunakan oleh pemerintah Swedia untuk mengoreksi beberapa kebijakannya yang terlalu pro-digitalisasi. Para penulis – Lisa Thorell (Profesor Psikologi Perkembangan), Torkel Klingberg (Profesor Ilmu Saraf Kognitif), Agneta Herlitz (Profesor Psikologi), Andreas Olsson (Profesor Psikologi), dan Ulrika Ådén (dokter medis dan Profesor Neonatologi) – menulis bahwa penelitian menunjukkan bahwa “digitalisasi sekolah, sejauh yang sudah terjadi di Swedia, membawa banyak kerugian dan peningkatan digitalisasi dapat menimbulkan konsekuensi negatif lainnya.” (Thorell dkk. 2023: 3) Digitalisasi sekolah, misalnya, dapat memiliki dampak negatif yang besar terhadap perolehan pengetahuan siswa (ibid.: 2). Para penulis menjelaskan:
“Alat-alat digital mengandung banyak gangguan yang menghalangi konsentrasi dan memori kerja, yang pada gilirannya mengganggu pembelajaran (Klingberg, 2023). Sebagai contoh, sebuah penelitian menemukan bahwa mahasiswa yang menggunakan komputer saat kuliah menghabiskan hingga 40 persen waktu belajar untuk topik yang tidak relevan dan tidak berhubungan (Kraushaar & Novak, 2010). Penelitian lain melihat efek dari separuh mahasiswa yang membuka laptop mereka selama kuliah, sementara separuh lainnya harus menutupnya. Setelah kuliah selesai, mereka harus menjawab pertanyaan tentang materi kuliah. Mahasiswa yang membuka laptop memiliki kinerja 30 persen lebih buruk daripada rekan-rekan mereka (Hembrooke & Gay, 2003). Penelitian ini melibatkan mahasiswa, dan dampak negatif komputer pada siswa sekolah dasar dan sekolah menengah mungkin lebih besar karena anak-anak yang lebih muda memiliki fungsi eksekutif yang lebih buruk (misalnya, kontrol impuls). Untuk siswa sekolah dasar, OECD telah menerbitkan laporan yang menunjukkan bahwa tingkat penggunaan komputer yang tinggi di sekolah jelas berkorelasi negatif dengan nilai PISA dalam matematika dan membaca (OECD, 2015) […]
Membaca dan menulis di layar [juga] memiliki dampak negatif pada pemahaman membaca. Lebih sulit mengingat informasi yang dibaca atau ditulis di layar daripada informasi yang dibaca di buku (Clinton, 2019; Delgado dkk., 2018).” (ibid.: 2–4)
Thorell dkk. (2023: 6) juga menekankan pentingnya anak kecil belajar dari orang, bukan layar:
“Ketika membandingkan apakah seorang anak meniru orang sungguhan atau orang yang difilmkan atau rekaman suara ketika belajar, penelitian menunjukkan bahwa anak kecil mengalami kesulitan besar untuk memahami apa yang mereka lihat di layar (Yadav dkk., 2018). Pada usia dua tahun, anak-anak belajar dan mengingat setengah lebih banyak dari semua media 2D dibandingkan dengan berinteraksi dengan manusia secara langsung (Moser dkk., 2015). Jadi, interaksi dengan manusia sangat penting untuk pembelajaran pada usia ini. Penggunaan layar sejak dini dikaitkan dengan perkembangan bahasa yang lebih buruk (Madigan dkk., 2020). Lebih khusus lagi, penelitian telah menunjukkan bahwa ketika anak-anak menggunakan layar, interaksi antarmanusia menjadi terhambat – anak-anak terperangkap dalam ‘gelembung digital’ (Bochicchio dkk., 2022)”.
Masalah 3: Pertambangan dan Produksi
Bahaya bagi kesehatan manusia, hewan, dan ekosistem tidak hanya berasal dari penggunaan produk akhir, tetapi juga dimulai dari proses produksi. Revolusi Industri Keempat dan transformasi digital menyebabkan permintaan yang berlebihan terhadap bahan baku dan sumber daya alam. Baik perusahaan teknologi besar maupun pemangku kepentingan lain yang berinvestasi dalam transformasi digital, maupun konsumen, tidak peduli dari mana bahan-bahan tersebut berasal atau dalam kondisi apa dan berapa banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkannya, baik bagi manusia, hewan, maupun lingkungan. Dengan melakukan hal tersebut, mereka menutup mata terhadap pekerja anak, eksploitasi manusia, keracunan hewan, dan perusakan lingkungan.
Sumber: The Washington Post (2016)
Laki-laki, perempuan, dan anak-anak miskin bekerja di terowongan bawah tanah yang sangat sempit dan gelap sepanjang hari untuk menemukan potongan bahan mentah yang dapat mereka jual kepada perwakilan lokal perusahaan multinasional yang eksploitatif. Terkadang, para penggali bahkan tidur di bawah tanah. Terowongan tersebut rawan runtuh; oksigen yang berkurang serta debu yang berbahaya merusak paru-paru mereka, sementara logam-logam berat terakumulasi di dalam tubuh mereka.
“Pajangan toko yang gemerlap dan pemasaran teknologi canggih bertolak belakang dengan fenomena buruh anak-anak dan dewasa, yang menambang di terowongan sempit buatan manusia, yang menghadapi risiko kerusakan paru-paru permanen.”
Mark Dummett, Peneliti Bisnis & Hak Asasi Manusia di Amnesty International
Sumber: Amnesty International (2016)
Contoh yang banyak dilaporkan adalah penambangan kobalt di Republik Demokratik Kongo (RDK), tempat 60% kobalt dunia berasal. Kobalt adalah mineral yang digunakan dalam baterai lithium-ion untuk ponsel pintar, iPhone, laptop, tablet, dan mobil listrik yang diproduksi oleh merek-merek ternama. Washington Post (2016) menulis: “Dalam banyak hal, demam Lembah Silikon saat ini – mulai dari perangkat seluler hingga mobil tanpa sopir – dibangun di atas keberadaan baterai lithium-ion.”
Washington Post (2016) juga melaporkan:
“Permintaan kobalt yang melonjak di dunia terkadang dipenuhi para pekerja, termasuk anak-anak, yang bekerja dalam kondisi yang keras dan berbahaya. Diperkirakan 100.000 penambang kobalt di Kongo menggunakan peralatan tangan untuk menggali ratusan meter di bawah tanah dengan sedikit pengawasan dan sedikit tindakan pengamanan, menurut para pekerja, pejabat pemerintah, dan bukti-bukti yang ditemukan oleh Washington Post saat mengunjungi tambang-tambang terpencil. Kematian dan cedera sering terjadi. Dan aktivitas pertambangan mengekspos masyarakat lokal [dan lingkungan] terhadap tingkat logam beracun yang tampaknya terkait dengan penyakit yang mencakup masalah pernapasan dan cacat lahir, kata para pejabat kesehatan. […]
[Dokter] di Universitas Lubumbashi telah mengetahui bahwa para penambang dan penduduk terpapar logam pada tingkat yang berkali-kali lipat lebih tinggi dari tingkat yang dianggap aman. Salah satu penelitian mereka menemukan bahwa penduduk yang tinggal di dekat tambang atau pabrik peleburan di Kongo bagian selatan memiliki konsentrasi kobalt dalam air seni 43 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol, kadar timbal 17 lima kali lebih tinggi, serta kadar kadmium dan uranium empat kali lebih tinggi. Kadarnya bahkan lebih tinggi pada anak-anak. Penelitian lain, yang diterbitkan awal tahun ini, menemukan peningkatan kadar logam pada ikan di wilayah pertambangan. Sebuah studi terhadap sampel tanah di sekitar Lubumbashi yang penuh dengan tambang menyimpulkan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu dari sepuluh daerah yang paling tercemar di dunia.”
Puluhan ribu penambang atau penggali (sebagaimana mereka menyebut diri sendiri) adalah anak-anak. Menurut UNICEF, di bagian selatan negara ini saja, 40.000 anak laki-laki dan perempuan bekerja di industri pertambangan. Ada yang masih berusia tujuh tahun (Amnesty International 2018). Organisasi hak asasi manusia tersebut menjelaskan bahwa pertambangan “memiliki dampak fisik dan mental yang merugikan bagi anak-anak, oleh itu dianggap sebagai salah satu bentuk pekerjaan terburuk bagi anak” (Amnesty International 2016).
Kobalt di RDK biasanya dikirim ke Zhejiang Huayou Cobalt di Tiongkok, salah satu produsen kobalt terbesar di dunia. Huayou memasok para pembuat baterai yang kemudian berbisnis dengan perusahaan seperti Apple, Amazon, Samsung, LG, atau produsen-produsen mobil besar.
“Adalah paradoks besar bahwa di era digital sejumlah perusahaan terkaya dan paling inovatif di dunia dapat memasarkan perangkat canggih tanpa harus transparan tentang asal-usul bahan baku komponen perangkat mereka.”
Emmanuel Umpula, Direktur Eksekutif Afrewatch
Sumber: Amnesty International (2016)
Praktik pertambangan dan produksi saat ini menyebabkan kematian dan penyakit parah, melanggar hak asasi manusia, mengeksploitasi kondisi kehidupan yang tidak aman, dan meracuni lingkungan. Sebaliknya, masyarakat lokal seharusnya secara otomatis memiliki kepemilikan atas sumber daya mereka sendiri yang secara alami diberikan kepada mereka. Perusahaan multinasional yang ingin menggunakan sumber daya mereka – menghasilkan miliaran dolar dari produk akhir – harus menyediakan sarana, peralatan (misalnya, robot), pengetahuan dan pelatihan bagi masyarakat untuk menambang bahan tambang yang aman, ramah lingkungan, dan dikelola secara profesional, tanpa memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan ekosistem (misalnya, hewan, saluran air). Pendapatan harus didistribusikan secara merata kepada anggota masyarakat setempat.
B. Terhadap Demokrasi
Masalah 1: ID Digital, Pengintaian dan Sistem Kredit Sosial
Revolusi Industri Keempat menghadirkan tantangan yang signifikan terhadap demokrasi dan hak asasi manusia. Mekanisme totaliter seperti Sistem Kredit Sosial di Cina dimungkinkan oleh teknologi digital dan pengintaian. Tanpa analisis dan koreksi kritis, transformasi digital dan Revolusi Industri Keempat dapat membawa kita ke arah yang mengerikan di mana setiap aspek kehidupan seseorang dipanen, dianalisis, diperdagangkan, dan dikontrol oleh entitas swasta dan pemerintah yang kuat.
Sejumlah aktor pemerintah dan perusahaan telah menganggap individu sebagai hewan yang dapat diretas, sebuah istilah yang diciptakan ideolog Forum Ekonomi Dunia, Yuval Harari. Artinya para aktor ini percaya bahwa mereka dapat meretas manusia seperti mesin, membuat mereka melakukan apa saja (baik di bidang ekonomi, politik, ideologi, sosial, atau budaya) dengan memanipulasinya melalui propaganda, pesan psikografis, dan alat lainnya. Segala bentuk data pribadi adalah aset bagi mereka untuk membangun pandangan utuh tentang seseorang yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan manipulatif.
Teknologi digital yang saat ini digunakan sudah menyuplai mesin pengintaian hingga tingkat yang berlebihan (misalnya, membawa ponsel pintar itu seperti membawa alat pelacak, Alexa Amazon mendengarkan apa pun yang dikatakan orang di rumah mereka sendiri, WhatsApp memberi Meta banyak informasi tentang kehidupan sosial dan pribadi seseorang, Zoom baru-baru ini mengubah Ketentuannya yang memungkinkannya menggunakan semua percakapan individu – termasuk pribadi – dan data biometrik sesuai keinginan mereka). Namun, orang masih bisa memilih untuk tidak menggunakan alat-alat ini, berganti ke penyedia layanan yang lebih ramah privasi, membuat profil yang berbeda dengan nama samaran, menyembunyikan identifikasi pribadi, menentukan jumlah informasi yang mereka bagikan atau bahkan keluar dari jaringan teknologi hingga tingkat tertentu seperti yang biasa dilakukan di masa lalu. Oleh itu, pengintaian total dan pengolahan data bergantung pada instrumen tambahan yang sangat spesifik yang akan diimplementasikan: ID Digital wajib. Alat pengintaian ini akan membuat lebih sulit untuk membuat pilihan individu, atau memilih keluar dari sistem.
ID Digital mengkonsolidasikan semua data seseorang di bawah satu pengidentifikasi digital. Menurut rencana resmi Uni Eropa dan birokrasi lainnya, ID Digital dengan dompet data masing-masing akan digunakan untuk akses ke layanan administrasi pemerintah, akses ke tunjangan jaminan sosial, penyediaan resep medis, bukti keorangtuaan, penyediaan dokumen perjalanan (paspor, visa), registrasi hotel secara digital, penyediaan SIM digital, penyediaan sertifikat pendidikan, penyediaan bukti identitas profesional, penandatanganan kontrak, registrasi kartu SIM untuk jaringan seluler, pembukaan rekening bank, pembayaran daring, dan identifikasi akun surat elektronik atau media sosial. Dengan pengumpulan semua informasi di satu tempat, ID Digital memungkinkan pembuatan profil pergerakan yang lengkap serta wawasan tentang hubungan, status kesehatan, pengobatan, pendapatan, kebiasaan membeli, hobi, kesukaan dan ketidaksukaan, komentar di internet, dan banyak lagi.
Ada sejumlah tahap awal untuk penerapan ID Digital di seluruh dunia, termasuk di AS, Inggris, dan Uni Eropa. Uni Eropa, misalnya, bekerja sama dengan pemerintah nasional dan perusahaan swasta untuk menguji coba EUID digital dalam sejumlah proyek percontohan.
“Mereka menyerang kehidupan pribadi kita melalui pengintaian, mereka mengekstrak kehidupan kita, lalu menjadikan ekstrak ini sebagai data perilaku yang kemudian mereka klaim sebagai … milik mereka.”
Shoshana Zuboff
(profesor emerita, Universitas Harvard)
Rencana saat ini di berbagai wilayah umumnya memperkirakan peluncuran ID Digital dalam bentuk kemitraan publik-swasta. Meskipun data dapat, misalnya, disertifikasi negara, data tersebut dapat disimpan di server milik pribadi. Ada berbagai cara yang dilakukan negara untuk bekerja sama dengan perusahaan swasta dalam proyek percontohan ID Digital. Ini merupakan perubahan yang signifikan dan mengkhawatirkan dari pengelolaan berbasis badan administrasi yang murni dikelola negara, didanai pajak, dan bertanggung jawab kepada rakyat.
Perusahaan multinasional dan miliarder yang bekerja sama dengan birokrasi pemerintah melihat peluang yang sangat baik untuk menambang data – emas baru – dalam penerapan ID Digital. Perusahaan yang bekerja sama dengan pemerintah dalam hal ID Digital termasuk Mastercard, Google (Alphabet), dan Deutsche Telekom. Worldcoin, sebuah proyek distopia yang dijalankan miliarder Sam Altman (yang perusahaannya juga berada di belakang ChatGPT), memindai bola mata orang di 20 negara (termasuk Inggris) sebagai bukti diri untuk menghubungkan informasi biometrik yang dihasilkan dengan ID Digital (ID Dunia) dan dompet data. Untuk saat ini, proses tersebut bersifat sukarela. Namun, Altman percaya bahwa ID Dunia dapat digunakan, antara lain, untuk memverifikasi orang yang berhak mendapatkan tunjangan dan sebagai ID pemilih. Perusahaan-perusahaan yang digerakkan laba dan tercemar secara ideologis seperti Google (Alphabet) juga bertujuan untuk menjadi penyedia dompet berlisensi dari negara, memberikan mereka akses yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap informasi pribadi yang dapat dijual kepada pihak ketiga atau digunakan dengan cara tertentu (misalnya, untuk iklan, pengaruh politik, kontrol dan sanksi, atau pelatihan AI dan SAI).
ID digital merupakan salah satu risiko terbesar bagi hak asasi manusia dan demokrasi saat ini karena beberapa alasan. Pertama, ia merampas kepemilikan individu atas data pribadi mereka dan memaksa mereka membagikannya kepada negara serta entitas swasta yang mengejar laba, yang melanggar undang-undang perlindungan privasi yang penting di sejumlah negara demokratis.
Data yang diperoleh secara tidak sah yang terhubung ke ID Digital seseorang – perilaku mereka yang terekam di semua bidang kehidupan – kemudian memungkinkan rezim kontrol dan sanksi yang otoriter lebih mungkin terwujud. Hal ini tidak hanya memungkinkan pemilik baru data seseorang menargetkannya dengan cara apa pun yang mereka inginkan, tetapi juga memberi mereka kesempatan menerapkan hukuman atas tindakan atau pemikiran yang tidak diinginkan dengan sekali klik. Sebagai contoh: jika seseorang melanggar peraturan penyedia dompet pribadi, mereka dapat diblokir untuk mengakses dan menggunakan dompet mereka selama seminggu. Jika seseorang melakukan pelanggaran (seperti berjalan di pantai selama COVID), pemerintah dapat memotong uang denda dari dompet digital orang tersebut secara otomatis, bahkan jika dia harus menghidupi keluarganya dengan uang itu.
Contoh sistem kontrol dan sanksi digital yang sudah berlaku adalah Sistem Kredit Sosial Cina – diimplementasikan dengan bantuan Kecerdasan Buatan dan pengintaian biometrik waktu-riil – yang memberi rezim Cina wawasan tentang semua detail kehidupan masyarakat. Di Cina, data pribadi yang diperoleh dari pengintaian massal dan terhubung ke pengidentifikasi biometrik pribadi digunakan untuk menetapkan skor kredit sosial kepada individu dan memperbaruinya secara waktu-riil. Poin ditambahkan untuk perilaku yang diinginkan dan dikurangi untuk perilaku yang tidak diinginkan. Apa yang diinginkan dan apa yang tidak diinginkan ditentukan kepemimpinan Partai Komunis Cina. Meskipun mekanisme pastinya tidak jelas, skor dapat diturunkan untuk hal-hal seperti memiliki pandangan yang salah atau mengatakan/menulis hal yang salah, mengkritik pemerintah, membuang-buang uang untuk sesuatu yang dianggap tidak penting, tidak membayar utang, tidak membayar denda, membawa anjing tanpa tali, atau berperilaku buruk. Skor individu, misalnya, menentukan apakah seseorang dapat melakukan transaksi bisnis, diizinkan untuk mengunjungi tempat tertentu, memiliki akses ke transportasi umum (kereta api, pesawat terbang, dll.), ke bentuk-bentuk pendidikan tertentu, dan rekening bank. Ia bahkan dapat memengaruhi waktu tunggu seseorang di rumah sakit. Nilai orang tua secara otomatis berdampak pada anak-anak mereka. Anak-anak dapat, misalnya, dilarang masuk ke sekolah-sekolah unggulan.
Sistem Kredit Sosial adalah alat diktator yang sangat diskriminatif dan melanggar hak asasi manusia serta hak-hak sipil. Ia adalah kebalikan dari demokrasi.
Perlu dicatat bahwa 5G berfungsi sebagai teknologi yang memungkinkan sistem pengintaian dan kontrol waktu-riil. Kroll (2020: 21-22) menjelaskan bagaimana 5G merupakan prasyarat teknologi untuk pengenalan wajah biometrik otomatis berskala luas dan waktu-riil serta untuk menentukan lokasi orang secara tepat setiap saat dengan akurasi yang lebih tinggi daripada GPS. Yang terakhir ini dicapai melalui jarak dekat di mana tiang 5G ditempatkan. Dengan pengenalan wajah biometrik secara waktu-riil dan penentuan lokasi yang presisi, seseorang tidak lagi mungkin berada secara anonim di tengah kerumunan (bdk. ibid). Di Cina, hal ini telah berkembang sedemikian rupa sehingga kamera pengintai dan profil biometrik berbasis AI, misalnya, memungkinkan sistem untuk mendaftarkan setiap barang yang dibeli pelanggan di pasar dan menyesuaikan skor kredit sosial individunya secara waktu-riil.
Perlu dicatat lebih lanjut bahwa – selain memungkinkan terciptanya sistem pengintaian dan kontrol otoriter seperti yang sudah diterapkan di Cina – ID Digital juga menghadirkan ancaman keamanan yang serius. Satu titik referensi digital dan identifikasi pribadi yang mencakup semua data sensitif dan individu terkait seseorang memungkinkan para peretas dan pelaku beritikad buruk lainnya (yang dapat mencakup pemerintah kejam, lawan politik, jaringan kriminal, atau bahkan penguntit) untuk mendapatkan akses ke informasi tersebut dan menggunakannya sesuai keinginan mereka.
Basis data digital dengan informasi sensitif telah berulang kali disusupi bahkan pada tingkat tertinggi dan tidak dapat dilindungi dengan andal di era digital. Dengan transmisi data yang lebih cepat, keamanan menjadi semakin berkurang.
Mengapa privasi bukanlah kemewahan, melainkan hak asasi manusia
Selalu mengetahui di mana setiap orang berada, apa yang mereka pikirkan, dan apa yang mereka lakukan telah menjadi tujuan dan instrumen rezim otoriter maupun diktator selama berabad-abad untuk mengendalikan rakyat, menekan oposisi, memperpanjang ketidakadilan, dan mencegah perubahan sosial. Oleh itu, hak privasi (Amerika Serikat), hak kemampuan menentukan nasib sendiri berdasarkan informasi yang memadai (Jerman), atau kedaulatan data sangat penting bagi masyarakat demokratis. Tanpa hak-hak ini, demokrasi menjadi kurang dan tidak berfungsi.
Seubert dan Becker (2021: 1) menulis: “[P]erlindungan konstitusional terhadap hak privasi tidak hanya relevan bagi individu tetapi juga memiliki signifikansi demokratis yang besar: melindungi integritas struktur komunikasi yang menopang penentuan nasib sendiri secara demokratis. Namun demikian, perdebatan mengenai perlindungan privasi sering kali tidak mempertimbangkan pemahaman demokratis mengenai privasi, sehingga kehilangan nilai publiknya.”
“Semakin banyak orang tahu tentang kita, semakin mereka dapat mempengaruhi kita. Kita dapat menggunakan kekuatan demokratis hanya jika privasi kita dilindungi. […] Jika kita ingin hidup dalam demokrasi, sebagian besar kekuasaan harus berada di tangan rakyat. Dan siapa pun yang memiliki data, dia yang memiliki kekuasaan. […] Institusi di era digital telah menimbun terlalu banyak kekuasaan, tetapi kita dapat merebut kembali data yang menopangnya. Privasi adalah kekuasaan, dan kita harus merebutnya kembali.”
Carissa Véliz
(profesor di Fakultas Filsafat dan Institut Etika dalam AI, serta rekan tutorial di Universitas Oxford dan editor Oxford Handbook of Digital Ethics)
Hak privasi dan kemampuan menentukan nasib sendiri berdasarkan informasi yang memadai atau kedaulatan data sangat penting untuk beberapa alasan. Pertama, ketika seseorang tidak yakin apakah perilaku berbeda pendapat dicatat setiap saat dan disimpan secara permanen sebagai informasi, orang tersebut mungkin berusaha agar tidak menarik perhatian dan berperilaku yang menurut mereka dapat menimbulkan konsekuensi negatif. Jika mereka takut kehilangan pekerjaan atau mata pencaharian mereka, ketakutan ini dapat menghalangi mereka menggunakan hak berbicara mereka, atau menghalangi mereka berpartisipasi dalam pertemuan atau inisiatif warga negara. Pada titik ini, orang tersebut tidak lagi bebas menggunakan hak-hak asasinya, yang pada gilirannya akan merusak tatanan demokrasi.
Selain itu, penambangan data pribadi berlebihan terhadap satu atau sekelompok orang membuat orang atau kelompok tersebut jauh lebih rentan untuk dimanipulasi, diperas, dipaksa, atau didiskriminasi. Privacy International (2012: 9) memperingatkan:
“[H]ari ini kita tampaknya telah melupakan efek pengintaian yang mengerikan. Sejarah berguna untuk mengingat efek ini: Ketakutan terhadap Komunis, daftar hitam dan penggunaan informan; teknik Gestapo; penggerebekan tengah malam serta mata-mata gaya Stalin terhadap teman dan kompetitor; dokumen FBI tentang politisi dan pemimpin, juga Watergate; atau jaringan mata-mata dan tetangga Stasi. Menyusul penyalahgunaan ini, perlindungan ditetapkan untuk mencegah pengintaian dari merusak demokrasi kita. Privasi ditetapkan sebagai hak politik. Sebagai contoh, yurisprudensi konstitusional AS tentang hak privasi muncul dari hak politik berorganisasi dan mengajukan petisi kepada pemerintah dan untuk mendukung keyakinan Anda tanpa harus mengungkapkan nama Anda, berawal dari sebuah kasus di mana Negara Bagian Alabama memaksa Asosiasi Nasional untuk Kemajuan Warga Kulit Berwarna (NAACP) untuk mengungkapkan daftar keanggotaannya. […]
[Namun, b]anyak pangkalan data baru yang telah dibuat dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintah dan perusahaan sekarang menjalankan basis data yang menyimpan informasi tentang transaksi keuangan, status medis, dan kebiasaan perjalanan kita; dan mereka membagikan dan menambang informasi ini secara luas. Karena pengintaian kembali terjadi tanpa sepengetahuan individu yang diawasi, tidak ada cara untuk menentang jika Pemerintah mencari akses ke informasi medis para pengkritik, atau catatan telepon anggota Oposisi, para pengkritik, atau wartawan. Di negara di mana Pemerintah adalah penjaga informasi ini sejak awal, akses tanpa halangan ke informasi pribadi sekarang dimungkinkan. […]
Kita melupakan peran penting privasi dalam sistem politik kita, dan bagaimana pengintaian politik dapat merusak demokrasi. Saya bisa meramalkan dua hasil jika kita terus menggunakan pengintaian politik tanpa merenungkan konsekuensinya. Pertama, kita mungkin akan menghadapi pengucilan sosial karena orang lebih mudah diidentifikasi melalui kepentingan politik mereka. Diskriminasi dapat terjadi karena individu diidentifikasi sebagai anggota kelompok politik melalui donasi mereka, yang dihubungkan dengan alamat rumah, CV, dan profil jejaring sosial mereka. Hasil kedua adalah stagnasi politik […] mereka yang berkuasa akan mempertahankan posisinya, yang dimungkinkan melalui pengintaian terhadap lawan dan pengkritik mereka.
Kita telah lama membangun konstitusi dan hak asasi manusia ke dalam sistem politik untuk mencegah penyalahgunaan oleh pihak eksekutif. Kebebasan berbicara adalah satu jenis perlindungan tersebut, begitu juga privasi. Inilah sebabnya mengapa negara-negara demokrasi secara tradisional menyelenggarakan pemungutan suara secara rahasia, melindungi para pemilih yang tidak boleh disebutkan namanya, dan menciptakan perlindungan seperti ‘doktrin Wilson’. Kita telah bersumpah tidak akan membiarkan pengintaian menghambat otonomi politik, pembangunan, dan ekspresi. Kita harus mengulangi sumpah ini, yang harus diperbarui dan ditingkatkan untuk melawan teknik pengintaian politik modern.”
Masalah 2: Mata Uang Digital Bank Sentral (CBDC) dan Ancaman terhadap Uang Tunai
Saat ini kita memiliki sistem di mana pembayaran tunai dan digital hidup berdampingan. Sementara pembayaran digital menawarkan cara bertransaksi cepat di pasar digital, uang tunai memungkinkan akses ke metode pembayaran fisik yang tidak bergantung pada ketersediaan perangkat teknologi dan jaringan listrik. Uang tunai juga berfungsi untuk mempertahankan kedaulatan keuangan dan privasi masyarakat serta memperkuat posisi mereka di hadapan lembaga perbankan (masyarakat dapat menarik semua uang mereka dari bank tertentu) dan pemerintah (yang tidak dapat mengontrol pembayaran tunai). Sejumlah kelompok kepentingan khusus yang kuat ingin mengubahnya. Narasi mereka adalah uang tunai akan segera punah dan perekonomian tanpa uang tunai tidak dapat dihindari. Menghilangkan uang tunai menarik bagi para ideolog Industri 4.0, pemerintah, dan bank karena beberapa alasan.
Bagi para ideolog Industri 4.0, menghilangkan uang tunai merupakan tonggak penting untuk membuat apa yang disebut sebagai ekonomi pengintaian (atau kapitalisme pengintaian) menjadi lebih meluas dan menciptakan sistem kontrol massal digital seperti Sistem Kredit Sosial di Tiongkok. Shoshana Zuboff, profesor emerita di Universitas Harvard dan penulis buku The Age of Surveillance Capitalism mendefinisikan kapitalisme pengintaian sebagai “klaim sepihak atas pengalaman pribadi manusia sebagai bahan mentah yang bebas diterjemahkan ke dalam data perilaku. Data ini kemudian dikomputasi dan dikemas menjadi produk prediksi dan dijual ke pasar berjangka perilaku – pelanggan bisnis yang memiliki kepentingan komersial untuk mengetahui apa yang akan kita lakukan sekarang, nanti, dan di kemudian hari” (The Harvard Gazette 2019: 1). Zuboff – yang memperingatkan bahwa ekonomi pengintaian merusak otonomi manusia dan demokrasi – menjelaskan lebih lanjut:
“Sejak awal […] dipahami bahwa pengguna tidak mungkin menyetujui klaim sepihak atas pengalaman mereka dan penerjemahannya ke dalam data perilaku. Dipahami bahwa metode ini harus tidak bisa dideteksi. Jadi sejak awal logikanya mencerminkan hubungan sosial dari cermin satu arah. Mereka dapat melihat dan mengambil – dan melakukan hal ini dengan cara yang tidak dapat kita lawan karena kita tidak memiliki cara untuk mengetahui apa yang terjadi. […]
Dinamika kompetitif kapitalisme pengintaian telah menciptakan beberapa keharusan ekonomi yang sangat kuat yang mendorong perusahaan-perusahaan ini menghasilkan produk prediksi perilaku yang lebih baik. Pada akhirnya mereka menemukan bahwa hal ini tidak hanya membutuhkan pengumpulan data dalam jumlah besar, tetapi juga mengintervensi perilaku kita. Telah terjadi pergeseran dari pemantauan menjadi apa yang disebut para saintis data sebagai penggerak. Para kapitalis pengintaian sekarang mengembangkan ekonomi tindakan, karena mereka belajar menyetel, menggiring, dan mengkondisikan perilaku kita dengan isyarat, penghargaan, dan hukuman halus dan tidak disadari, yang mendorong kita ke arah yang paling menguntungkan bagi mereka.” (ibid: 1)
Masyarakat tanpa uang tunai akan semakin meningkatkan efektivitas sistem pengintaian dan kontrol sosial-politik. Hal ini akan secara signifikan meningkatkan kemampuan pengintaian, pemerasan, dan penindasan oleh negara. Dalam hal pengintaian, setiap pembayaran digital meninggalkan jejak data yang dibeli, dianalisis, dikemas, dan dijual oleh agregator data untuk memberikan informasi kepada pembelinya tentang transaksi kita dan dengan demikian kehidupan kita. Dalam hal pemerasan dan penindasan, ekonom dan penulis Norbert Häring (2016) menggunakan contoh bagaimana pemerintah AS mencoba memutus Wikileaks – sebuah organisasi yang mengungkap kejahatan perang AS – dari sumber keuangan dengan meminta penyedia layanan pembayaran (misalnya, perusahaan kartu kredit dan PayPal) tanpa dasar hukum yang memadai untuk tidak memproses transaksi pembayaran apa pun kepada atau oleh Wikileaks. Dengan cara yang sama, pemerintah Kanada memerintahkan pembekuan rekening bank orang yang mendukung protes damai terhadap kebijakan publiknya. Ini adalah upaya memaksakan ideologi dan kepentingan melalui ekonomi. Dalam kasus Sistem Kredit Sosial yang menyeluruh, masyarakat tanpa uang tunai adalah target yang jauh lebih mudah untuk tindakan negara yang termotivasi secara ideologis dan didorong laba dan sanksi.
Seperti halnya para pendukung dan pengambil laba dari kapitalisme pengintaian dan sistem kontrol massa sosiopolitik, bank juga berkepentingan menghapuskan uang tunai. Hal ini akan membuat penarikan uang massal – di mana orang menarik uang mereka secara tunai dari sistem perbankan – menjadi tidak mungkin, sehingga akan memberikan lebih banyak kekuatan pada sistem perbankan. Bank dapat lebih merepotkan nasabah mereka dan berspekulasi lebih bebas dari sebelumnya. Nasabah dan uangnya akan menjadi pion dalam permainan mereka. Sementara itu, bank sentral dapat dengan mudah menerapkan suku bunga negatif. (bdk. Häring 2016).
Häring (2016) merekomendasikan siapa pun yang ingin mencegah skenario seperti ini agar membayar tunai sesering mungkin. Ini satu-satunya cara menghentikan apa yang sudah dimulai.
Ketika membicarakan masyarakat tanpa uang tunai, sering kali muncul pembicaraan mengenai Mata Uang Digital Bank Sentral (CBDC) – meskipun bentuk fisik dan digital mata uang bank sentral dapat hidup berdampingan. Meskipun ada 35 negara yang mempertimbangkan penerapan CBDC pada Mei 2020, pada tahun 2023 jumlah ini telah meningkat menjadi 114 negara. Dari negara-negara G20, 18 negara berada pada tahap lanjut pengembangan CBDC.
CBDC berbeda dengan mata uang kripto terdesentralisasi seperti Bitcoin karena CBDC merupakan instrumen ultrasentralisasi yang dikeluarkan dan diatur bank sentral dan pemerintah masing-masing. Sementara itu, mata uang kripto beroperasi pada sistem blockchain yang terdesentralisasi dan tidak dikontrol otoritas pusat atau entitas tunggal. Dengan mata uang kripto, upaya dilakukan untuk membuat transaksi seprivat mungkin. Sebaliknya, CBDC akan memberikan bank sentral dan pemerintah akses langsung dalam waktu-riil ke setiap informasi keuangan dan transaksi pengguna yang dilacak melalui identifikasi pribadi masing-masing.
CBDC dapat diprogram lebih lanjut yang berarti bahwa tujuan orang diperbolehkan membelanjakan uang dapat ditentukan sebelumnya oleh variabel yang dapat mencakup tempat pembelanjaan atau tanggal kedaluwarsanya. Contoh praktis datang dari Thailand di mana partai penguasa terbesar telah menyarankan untuk mendistribusikan uang digital dalam jumlah terbatas kepada orang-orang berusia di atas 16 tahun yang dapat dibelanjakan hanya dalam radius empat kilometer dari tempat tinggal mereka dan akan kedaluwarsa setelah enam bulan. Ekonom dan afiliat WEF, Eswar Prasad, memuja-muji peluang kontrol terpusat ini di Financial Times (2023):
“Akibatnya, gagasan CBDC sebagai uang digital yang setara dengan uang tunai, dengan suku bunga nol dan tanpa fitur khusus, memberi jalan bagi prospek pemrograman uang digital untuk tujuan tertentu. Kemungkinannya sangat menarik. Buku putih Otoritas Moneter Singapura baru-baru ini menjelaskan bagaimana ‘uang dengan tujuan’ tersebut dapat dirancang agar dapat ‘digunakan untuk tujuan yang telah ditetapkan, seperti masa berlaku dalam jangka waktu tertentu, pada pengecer tertentu, dan dalam denominasi yang telah ditentukan’. Membagikan uang dengan tanggal kedaluwarsa dapat mendorong konsumsi. Bantuan tunai pemerintah pada masa ketidakpastian, seperti pembayaran stimulus COVID-19, sering kali digunakan untuk menabung, sehingga mengurangi dampaknya. Uang semacam itu dapat ditargetkan dengan lebih tepat, misalnya untuk pembelian barang tahan lama, sehingga meningkatkan potensi ekonomi dari bantuan sosial.
Dengan hilangnya uang tunai, opsi lain juga ikut berperan: memberlakukan suku bunga nominal negatif untuk memberikan disinsentif terhadap tabungan dan meningkatkan permintaan dalam periode tekanan ekonomi yang ekstrem. Aspek uang yang dapat diprogram dapat memfasilitasi pengaturan kontrak, dengan dana yang secara otomatis diberikan hanya jika syarat-syaratnya dipenuhi semua pihak yang berkontrak [termasuk Anda]. Inovasi semacam itu membuka pandangan baru tentang bagaimana uang dapat meningkatkan fungsi ekonomi dan masyarakat.”
“CBDC dapat memungkinkan lembaga pemerintah dan sektor swasta memprogram fungsi kebijakan yang ditargetkan. Dengan itu, uang dapat ditargetkan secara tepat untuk apa yang dapat dimiliki orang dan apa yang [dapat dilakukan orang].”
Bo Li
(Wakil Direktur Pelaksana IMF)
Masa depan uang dibayangkan di sini sebagai semacam kupon yang dikeluarkan pemerintah dalam rezim otoriter. Uang yang diperoleh orang dari pekerjaan mereka atau yang mereka terima melalui sistem sosial yang didanai pajak tidak lagi menjadi milik mereka untuk dikelola. Sebaliknya, uang tersebut akan ditransfer ke dompet atau rekening digital dan tunduk pada program pemerintah. Orang hanya akan dapat mengelola uang mereka sendiri dalam batas yang telah ditentukan. Membelanjakan uang untuk tujuan yang dilarang otoritas terpusat akan secara otomatis diblokir. Tujuan ini dapat mencakup donasi untuk gerakan sipil atau organisasi (seperti Wikileaks) yang menentang kebijakan pemerintah, larangan mengunjungi keluarga yang jauh jika tunjangan perjalanan individu telah habis, dan pembelian tiket transportasi umum jika seseorang tidak setuju untuk disuntik dengan produk medis tertentu. Otoritas pusat akan mengontrol setiap sen pengeluaran secara waktu-riil, mengetahui di mana seseorang berada, apa yang mereka lakukan, dan untuk apa mereka membelanjakan uangnya. Pengawasan dan kontrol massal seperti itu membatasi hak-hak sipil dan kebebasan berpikir.
Otoritas terpusat yang diberikan kekuasaan seperti itu juga dapat mulai menggunakannya untuk mendapatkan laba. Bank sentral dan pemerintah dapat memberlakukan pajak tambahan untuk jenis transaksi tertentu dan memotongnya langsung dari dompet masyarakat.
Kontrol total atas sarana keuangan masyarakat oleh pemerintah dan/atau otoritas pusat mana pun tidak sesuai dengan demokrasi dan bertentangan dengan sifat manusia yang berdaulat dan setara seperti yang dibayangkan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia tahun 1948. Deklarasi tersebut disusun berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari kediktatoran terpusat yang kejam dan mematikan (dari Hitler hingga Stalin) pada awal abad ke-20.
III. Rekomendasi Kebijakan
A. Melindungi Kesehatan
Mengurangi dan Mengganti Teknologi Nirkabel Berbasis Radiasi
Teknologi nirkabel sipil berbasis radiasi harus dihapus dan diganti. Saat ini ada sekitar 15 miliar perangkat nirkabel dan 6 juta tiang yang menyebabkan manusia, hewan dan lingkungan terpapar radiasi gelombang mikro yang berbahaya. Para ilmuwan dan dokter medis internasional memperingatkan adanya “peningkatan risiko kanker, stres sel, peningkatan radikal bebas yang berbahaya, kerusakan genetik, perubahan struktural dan fungsional dari sistem reproduksi, defisit pembelajaran dan memori, gangguan neurologis, dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia secara umum. Kerusakan tidak hanya terjadi pada manusia, karena semakin banyak bukti yang menunjukkan dampak berbahaya bagi kehidupan tumbuhan dan hewan.” (Environmental Health Trust 2017: 1) Rencana untuk memperluas radiasi lebih lanjut tidak bertanggung jawab dan didasarkan pada sensasi mirip demam emas.
Jika kita benar-benar menghargai manusia dan alam melebihi laba, teknologi nirkabel berbasis radiasi harus dihapuskan sementara solusi berkabel dan berpelindung yang lebih aman harus didukung.
Sebagai langkah pertama, orang di rumah, tempat kerja, sekolah, panti jompo, rumah sakit, gereja, dan hotel harus didorong menggunakan solusi berkabel dan berpelindung. Pemasangan opsi kabel di rumah-rumah pribadi, tempat kerja, sekolah, panti jompo, hotel, dan bisnis harus disubsidi dan diiklankan secara luas. Para tokoh agama, politik dan masyarakat serta pemberi pengaruh harus mendorong jemaah dan konstituen mereka untuk menyingkirkan teknologi nirkabel demi kepentingan mereka sendiri dan ekosistem mereka.
Pemasangan tiang baru harus dihentikan. Menara yang memancarkan radiasi gelombang mikro dan/atau gelombang milimeter harus diturunkan secara sistematis, dimulai dari menara yang dekat dengan taman kanak-kanak, sekolah, panti jompo, rumah sakit, dan di daerah pemukiman, serta menara yang ada di daerah yang memiliki banyak penyedia layanan yang mengoperasikan menara mereka sendiri.
Sekolah harus menyingkirkan tiang ponsel dan router WiFi. Sekolah adalah salah satu lingkungan yang paling banyak terekspos radiasi dalam masyarakat saat ini, sehingga menjadi tempat terburuk dan tidak sehat bagi anak-anak kita untuk menjalani masa pertumbuhan mereka. Sekolah mendapatkan uang dengan menyewakan properti mereka kepada perusahaan telekomunikasi untuk pemasangan tiang ponsel. Sejumlah besar ruang kelas juga memiliki satu atau lebih router WiFi di dalamnya, bersama dengan puluhan anak-anak yang duduk berdekatan satu sama lain setiap hari sepanjang hari, semuanya dengan ponsel dan komputer nirkabel, saling meradiasi satu sama lain setiap saat. Semua tiang dan semua antena WiFi harus disingkirkan dari semua properti sekolah, dan anak-anak harus diwajibkan untuk mematikan ponsel di sekolah.
Gereja dan entitas keagamaan lainnya juga harus mencopot antena dan jaringan WiFi dari tempat mereka. Gereja dan bangunan keagamaan serupa telah menjadi target utama bagi perusahaan telekomunikasi dalam hal pemasangan antena, yang sering kali disembunyikan di dalam cerobong asap palsu atau menara lonceng palsu. Antena ini menghasilkan banyak uang bagi gereja tetapi mengubahnya menjadi lingkungan yang berbahaya bagi para jamaah dan pengunjung.
Antena yang berada di dalam taman nasional, suaka margasatwa dan kawasan alam yang dilindungi harus diturunkan. Sebuah laporan tahun 2015 kepada UNESCO memerinci dampak buruk dari antena komunikasi di dalam Situs Warisan Dunia di Australia. Ketika sebuah menara telekomunikasi di puncak Gunung Nardi mulai mengubah antenanya dari 2G (terutama komunikasi suara) menjadi 3G (suara dan data) pada tahun 2002, peningkatan keanekaragaman spesies tiba-tiba berbalik menjadi penurunan keanekaragaman spesies. Pada tahun 2002, populasi dan keanekaragaman serangga mulai menurun. Pada tahun 2009, 3G yang disempurnakan dipasang, bersama dengan tambahan 150 saluran televisi berbayar. Sebanyak 27 spesies burung langsung meninggalkan gunung, serta jumlah dan spesies serangga menurun drastis. Pada akhir 2012 dan awal 2013, 4G dipasang, dan 49 spesies burung langsung meninggalkan gunung. Broomhall (2017: 4) menulis:
“Sejak saat itu, semua spesies kelelawar yang dikenal secara lokal menjadi langka, 4 spesies jangkrik yang biasa hampir punah, serta populasi ngengat dan kupu-kupu yang dulunya sangat banyak dan beragam. Populasi katak dan kecebong berkurang secara drastis; populasi semut yang sangat besar dan beragam jenisnya menjadi jarang hingga langka [D]ari 70 hingga 90% satwa liar telah menjadi langka atau menghilang dari Taman Nasional Nightcap dalam radius 2-3 km dari kompleks menara Gunung Nardi.”
Bersama dengan taman nasional dan cagar alam, lautan harus benar-benar dilindungi dari radiasi karena sensitivitas makhluk air terhadap semua bentuk radiasi. Kepentingan pemerintah, komersial, dan militer telah berkolaborasi untuk menciptakan Lautan Pintar dan membangun Internet of Underwater Things. Untuk melakukan hal ini, mereka membangun menara sel di dasar laut, menempatkan antena relai di kedalaman laut, dan mengerahkan kapal pintar, kapal selam pintar, dan robot bawah air. Tujuannya adalah memungkinkan komunikasi nirkabel pita lebar dari titik mana pun di lautan ke mana pun di planet ini, hingga dan termasuk streaming video waktu-riil dari bawah air di mana pun di setiap samudra (bdk. Firstenberg 2022).
Radiasi RF digunakan di lautan untuk komunikasi jarak pendek hingga menengah. Gelombang akustik digunakan untuk komunikasi jarak jauh, dan memekakkan telinga ikan dan mamalia laut dengan suara sekeras 202 desibel. Industri perikanan juga menggunakan radar bawah air untuk menemukan dan menangkap ikan dengan presisi dan dalam skala yang merusak kehidupan laut (lihat Weilgart 2018). Komunikasi dan radar nirkabel bawah air harus dihentikan.
Peluncuran satelit baru yang berlebihan, terutama satelit 5G, harus dihentikan. Fungsi semua organisme hidup diatur lingkungan elektromagnetik mereka, termasuk medan magnet bumi, medan listrik vertikal antara bumi dan ionosfer, sirkuit listrik global, resonansi Schumann, dst. Jika lingkungan elektromagnetik bumi berubah, kehidupan di bumi akan sangat terganggu.
Baik jumlah satelit di orbit maupun radiasi yang dipancarkannya telah melampaui batas. Sejumlah satelit telah memiliki daya pancar efektif sebesar 83 juta watt. Sejumlah satelit mampu memancarkan 5.000 sinar individu. Lebih dari 7.000 satelit telah berada di orbit, dan ribuan lainnya dikirim ke luar angkasa melalui peluncuran roket yang dilakukan hampir setiap hari. Satelit-satelit ini tidak hanya mengekspos daratan dan lautan pada radiasi mereka, tapi juga mencemari sirkuit listrik global, termasuk tubuh kita, dengan semua denyut dan pola modulasi mereka. Hal ini merupakan ancaman bagi berbagai bentuk kehidupan di bumi yang tidak dapat diatasi dengan baik tanpa menghentikan radiasi dari dan ke luar angkasa (bdk. Firstenberg 2020).
Lokasi, jumlah, dan kekuatan radar pertahanan sipil harus dibatasi. Situasi saat ini dengan daya tak terbatas telah memungkinkan radar 3 miliar watt seperti PAVE PAWS, yang telah meradiasi jutaan orang di kedua pesisir pantai Amerika Serikat selama lebih dari empat dekade (lihat Brodeur 1977).
Sebuah investigasi selama lima tahun terhadap dampak kesehatan dan lingkungan dari radar pertahanan sipil di Latvia setelah berakhirnya Perang Dingin menghasilkan penonaktifan dan pemindahan radar tersebut. Anak-anak sekolah di daerah itu – bahkan anak-anak yang tinggal 20 kilometer jauhnya – mengalami gangguan fungsi motorik, ingatan dan perhatian, berkurangnya kapasitas paru-paru, dan peningkatan jumlah sel darah putih. Seluruh penduduk setempat menderita sakit kepala, gangguan tidur, dan peningkatan sel darah putih. Reproduksi manusia juga terpengaruh: 25 persen lebih sedikit anak laki-laki daripada anak perempuan yang lahir selama tahun-tahun radar beroperasi. Kerusakan kromosom ditemukan pada sapi-sapi lokal. Kotak sarang di dekat radar ditempati jumlah burung yang sangat rendah. Lingkar pertumbuhan rata-rata pohon selama tahun-tahun pengoperasian radar hanya setengah dari lebarnya sebelum 30 radar dibangun, dan penelitian terhadap pohon-pohon pinus menunjukkan bahwa pohon-pohon tersebut menua sebelum waktunya. Bibit di daerah tersebut tumbuh menjadi tanaman yang cacat dengan kapasitas reproduksi yang berkurang (lihat Brümelis dkk. 1996; Kolodynski dan Valda Kolodynska 1996; Balode 1996; Liepa dan Balodis 1994; Balodis dkk. 1996; Selga dan Selga 1996; Magone 1996).
Radar cuaca harus dihentikan secara bertahap. Diperkirakan terdapat 1.500 instalasi yang sangat kuat ini tersebar di seluruh dunia. Masing-masing dari 160 radar NEXRAD di Amerika Serikat memiliki EIRP (Effective Isotropic Radiated Power) sebesar 32 gigawatt (32 miliar watt) (lihat NTIA 2014). Radar ini sangat meradiasi manusia dan satwa liar, dan tidak dapat diandalkan atau penting untuk prakiraan cuaca (bdk. LidarRadar t.t.).
Radiasi non-ionisasi harus diatur badan lingkungan hidup nasional tanpa adanya konflik kepentingan. Di banyak negara, radiasi frekuensi radio (RF) dari fasilitas dan perangkat telekomunikasi diatur badan yang sama yang bertugas mempromosikan fasilitas dan perangkat tersebut. Hal ini jelas merupakan konflik kepentingan.
Sebagian besar pemerintah tunduk pada panduan Komisi Internasional untuk Proteksi Radiasi Non-Ionisasi (International Commission on NonIonizing Radiation Protection/ICNIRP) atau Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), yang juga tunduk pada ICNIRP. ICNIRP bukanlah badan lingkungan hidup. ICNIRP merupakan organisasi swasta yang ditunjuk sendiri dengan 14 anggota yang tidak bertanggung jawab kepada siapa pun (lihat Buchner dan Rivasi 2020). Pedoman pemaparannya hanya didasarkan pada pemanasan saja, seolah-olah tidak ada efek lainnya. Di Amerika Serikat, lembaga yang mengatur dan mempromosikan industri telekomunikasi adalah Federal Communications Commission (FCC). Seperti ICNIRP, FCC mendasarkan pedoman pemaparan untuk manusia hanya pada efek pemanasan, dan sama sekali mengabaikan mekanisme kerja berbahaya lainnya serta efek terhadap lingkungan.
Radiasi RF harus diatur secara transparan di setiap negara oleh badan lingkungan hidup masing-masing negara berdasarkan seluruh kesimpulan sains yang ada. Selanjutnya, ia harus tunduk pada perjanjian internasional dan konvensi. Perjanjian atau Konvensi Internasional tentang penghapusan teknologi nirkabel berbasis radiasi harus dirancang dan diadopsi semua negara.
Sekolah-sekolah kedokteran perlu memasukkan pendidikan tentang EMF ke dalam kurikulum yang didasarkan pada penelitian independen dari industri dan kelas-kelas yang terkait harus diwajibkan untuk pendidikan berkelanjutan. Buku-buku dan penelitian ada puluhan ribu jumlahnya. Mereka ada di rak-rak perpustakaan sekolah kedokteran, berdebu dan diabaikan. Yang diperlukan hanyalah mengorganisasikannya ke dalam kurikulum dan dasar pengetahuan yang diperlukan setiap dokter untuk mendapatkan gelar dokter.
Organisasi lingkungan harus membentuk bab-bab tentang teknologi nirkabel berbasis radiasi dan efek ekologis dari Revolusi Industri Keempat. Penurunan keanekaragaman hayati dan populasi spesies yang cepat tidak akan berhasil diatasi tanpa mengurangi polusi elektromagnetik yang menjadi penyebab penurunan tersebut. Itulah sebabnya organisasi lingkungan harus menjadikan bidang ini sebagai salah satu fokus kerja mereka.
Beberapa cara mempelajari masalah ini, misalnya GPS dan pelacakan radio satwa liar, harus diubah karena dapat berkontribusi pada masalah yang dihadapi. Semua antena harus disingkirkan dari kawasan alam yang dilindungi, suaka margasatwa, dan lautan. Alat pelacak radio berbahaya (lihat Godfrey dan Bryant 2003; Mech dan Barber 2002; Withey dkk. 2001; Burrows dkk. 1994; Burrows 1995; Swenson dkk. 1999; Moorhouse dan Macdonald 2005). Mereka harus disingkirkan dari satwa liar dan tidak boleh digunakan lagi pada hewan, burung, serangga, atau ikan.
Selain itu, organisasi lingkungan harus melihat dampak Revolusi Industri Keempat terhadap ekosistem dan sumber daya esensial secara keseluruhan. Industri digital global menggunakan begitu banyak air, bahan mentah, dan energi sehingga jejak ekologisnya tiga kali lebih besar daripada negara-negara seperti Prancis atau Inggris.
Penggunaan Teknologi Digital Secara Bijaksana
Kesadaran masyarakat tentang kesehatan mental dan isu-isu pembangunan yang terkait dengan penggunaan teknologi digital yang ekstensif atau salah kaprah harus ditingkatkan melalui program-program yang ditargetkan yang juga memperkuat kemampuan mengatasi masalah dan perilaku anti-kecanduan.
Teknologi digital tidak boleh digunakan pada tingkat prasekolah dan sekolah dasar. Sebagian besar anak-anak menjadi sasaran teknologi digital dalam kehidupan pribadi mereka sejak usia yang sangat muda dengan cara yang berlebihan. Teknologi digital di sekolah pada umumnya – kecuali untuk kelas pemrograman opsional – tidak banyak memberikan manfaat, namun dapat mengganggu konsentrasi dan menghambat pembelajaran yang efisien. Mereka juga dapat berkontribusi pada kelebihan beban digital. Tidak sehat bagi anak-anak dan perkembangan mental serta fisik mereka untuk menggunakan dan duduk di depan layar dalam waktu yang lama sepanjang hari.
Perdagangan Adil
Perundang-undangan perlu dirancang, disahkan dan dilaksanakan di tingkat negara bagian dan nasional serta perjanjian yang disepakati di tingkat internasional untuk memastikan bahan mentah ditambang dan produk akhir dibuat tanpa membahayakan manusia dan ekosistem. Juga perlu dipastikan bahwa masyarakat dan pekerja lokal mendapatkan manfaat dari sumber daya dan pekerjaan mereka sendiri.
Perdagangan Adil harus dilembagakan sebagai sebuah norma. Perdagangan Adil memastikan bahwa para pekerja dan petani – termasuk mereka yang paling rentan – dapat bekerja di lingkungan yang bebas dari bahaya (racun, kurangnya keamanan dari bahaya kebakaran, dsb.) bagi mereka dan keluarga mereka, dalam kondisi yang layak (perlakuan yang hormat, jam kerja yang memadai, dsb.) dan menerima penghasilan yang adil.
B. Melindungi Demokrasi
Desentralisasi dan Prinsip Subsidiaritas
Prinsip subsidiaritas harus ditegakkan; desentralisasi pengambilan keputusan politik harus diupayakan. Hak-hak politik masyarakat lokal, kota kecil, kota besar, kabupaten, dan negara bagian harus dipertahankan karena hak-hak ini berfungsi sebagai penangkal terhadap kekuasaan yang terlalu terpusat dan kekuasaan federal yang berlebihan. Hak-hak ini juga memungkinkan partisipasi yang lebih besar dari masyarakat dalam proses demokrasi dan akses yang lebih mudah kepada para pengambil keputusan politik.
Hak Privasi dan Minimalisasi Data
Hak privasi atau kemampuan menentukan nasib sendiri berdasarkan informasi yang memadai (tergantung pada negara) harus ditegakkan pengadilan sebagai hak asasi manusia dan pilar demokrasi. Selain itu, langkah-langkah edukasi harus mengingatkan orang tentang betapa mendasarnya privasi, kemampuan menentukan nasib sendiri berdasarkan informasi yang memadai, dan kedaulatan data bagi demokrasi yang sehat. Hak privasi – yang berarti bebas dari pengawasan yang tidak beralasan dan tidak sah – tidak hanya memiliki relevansi pribadi, tetapi juga penting untuk berfungsinya masyarakat demokratis.
Pengintaian dan penambangan (digital), penyimpanan, dan perdagangan data pribadi oleh pihak ketiga di luar proses penegakan hukum konstitusional perlu dikriminalisasi melalui undang-undang. Langkah-langkah legislatif harus memastikan bahwa orang memiliki kepemilikan atas data mereka sendiri setiap saat dan bahwa persyaratan yang ditetapkan oleh entitas swasta atau negara yang melanggar norma ini dilarang.
Kebijakan data dan persyaratan layanan yang memaksa orang memberikan data paling pribadi mereka kepada perusahaan atau pemerintah mana pun sebagai imbalan atas partisipasi dalam ruang publik digital harus menjadi ilegal. Penyedia layanan yang telah menjadi bagian dari ruang publik digital harus dilarang meminta akses, menyimpan, memiliki, dan memperdagangkan data pribadi. Profil yang menggunakan nama samaran harus selalu diizinkan. Orang pada umumnya tidak dipaksa untuk membagikan data sensitif ketika mereka mengunjungi balai kota atau alun-alun atau protes politik, kecuali dengan polisi dalam kasus tertentu. Hal yang sama juga harus berlaku untuk ruang publik digital. Hak asasi manusia dan hak-hak sipil yang telah berhasil diperjuangkan tidak boleh dinegosiasikan ulang.
Selain itu, kebebasan berekspresi sangat penting bagi perkembangan masyarakat demokratis, perjuangan melawan ketidakadilan dan perubahan sosial. Setiap ucapan legal di ruang publik fisik dalam masyarakat demokratis harus diizinkan di ruang publik digital. Penyensoran terhadap ucapan atau pendapat yang sah untuk mendukung satu pendapat di atas pendapat yang lain, baik dengan menghapus postingan, memblokir profil, merancang algoritme untuk membatasi jangkauan, atau pelabelan, harus dilarang. Baik perusahaan maupun negara tidak dapat mengklaim diri mereka sebagai penentu kebenaran seperti yang mereka lakukan pada abad-abad sebelumnya, terutama untuk membuat orang tunduk pada kepentingan berbasis laba. Sebagai gantinya, penyedia yang memenuhi syarat sebagai bagian dari ruang publik digital harus diberikan lebih banyak keistimewaan dari yang tidak memenuhi syarat, antara lain dapat diberikan insentif pajak.
Segala bentuk ID Digital – terutama segala bentuk ID Digital wajib – dengan konsolidasi digital dari semua data pribadi terkait seseorang melalui identifikasi pribadi yang dapat diakses melalui internet harus dicegah melalui langkah-langkah legislatif yang memadai. ID Digital semacam itu merupakan ancaman signifikan terhadap hak asasi manusia dan hak-hak sipil. Jika diterapkan secara luas atau bahkan diwajibkan, ia akan menghapus hak privasi, hak kemampuan menentukan nasib sendiri berdasarkan informasi yang memadai, dan kedaulatan data yang sangat penting bagi demokrasi. Ia juga menghadirkan ancaman yang signifikan terhadap keselamatan individu dan keamanan nasional. Infrastruktur daring yang diperlukan tidak dapat dilindungi dengan baik dan dapat diretas oleh entitas yang memusuhi individu, kelompok, atau negara.
Langkah-langkah edukasi untuk menjelaskan bahaya ID Digital harus dirancang dan diimplementasikan. Penelitian saintifik dan jurnalistik harus lebih lanjut menyoroti jangkauan perusahaan dan pemerintah yang berlebihan di era digital. Organisasi nasional dan internasional yang independen harus berkomitmen untuk menyelidiki pertanyaan-pertanyaan berikut: Siapa yang diuntungkan dari pengintaian? Apa arti pengintaian berskala besar terhadap penduduk terhadap masa depan hak asasi manusia, hak-hak sipil, dan demokrasi? Siapa yang memiliki dan mengendalikan data kita? Siapa yang diuntungkan dari perdagangan data tersebut? Mengapa kita tidak bisa menentukan siapa yang mendapatkannya?
Hak Menggunakan Uang Tunai dan Pencegahan CBDC
Segala bentuk Mata Uang Digital Bank Sentral (CBDC) harus dicegah melalui langkah-langkah legislatif yang memadai seperti yang dilakukan oleh badan legislatif di negara bagian Florida, Amerika Serikat, berdasarkan inisiatif Gubernur Ron DeSantis. Bahkan jika diperkenalkan sebagai opsi pertama, ada kekhawatiran nyata bahwa ia akan menjadi bentuk pembayaran wajib ketika mayoritas penduduk menggunakannya – di mana uang tunai kemudian dihapuskan. Jika hal ini terjadi, pemerintah dan mitra swastanya akan mendapatkan wawasan dan kontrol mutlak atas bagaimana orang menggunakan uang dan bahkan jika mereka diizinkan melakukannya. Karena CBDC dapat diprogram, maka pemerintah dapat menetapkan syarat penggunaan uang, menetapkan tanggal kedaluwarsa dan pembatasan, dan bahkan melarang seseorang, sebuah organisasi, atau sekelompok orang menggunakan uang sama sekali. Hal ini akan mengakibatkan peniadaan ekstrem atas hak-hak individu dan seluruh rakyat terhadap otoritas pusat, birokrasi yang tidak berwajah, dan kepentingan perusahaan yang kuat.
Penggunaan uang tunai yang tidak dibatasi dan terus berlanjut secara paralel dengan pembayaran digital adalah cara terbaik untuk mencegah masa depan distopian dan ambisi otoriter yang anti-demokratis. Oleh itu, hak menggunakan uang tunai tanpa batas harus diabadikan secara konstitusional sebagai hak yang dapat ditegakkan secara hukum seperti yang direncanakan di Austria. Penggunaan uang tunai harus didorong. Lembaga perbankan harus diwajibkan menyimpan uang tunai dalam jumlah yang cukup untuk ditarik pelanggan mereka.
C. Melakukan Analisis Rasional yang Didorong Etika
Sensasi transformasi digital harus dianalisis secara rasional dengan tujuan melindungi hak asasi manusia dan sistem demokrasi. Hanya yang berguna, masuk akal dan tidak berbahaya yang harus diupayakan secara politik dan ekonomi. Manusia harus diutamakan daripada laba dalam analisis ini.
Pengukur pintar nirkabel tidak diperlukan. Dalam skala luas, pengemudian otonom saat ini tidak layak secara teknologi; juga tidak perlu, dan tidak membenarkan pemasangan jaringan menara dan antena pemancar radiasi di mana-mana, termasuk di daerah perumahan. Dalam analisis biaya-manfaat, kerugian bagi manusia, hewan, dan ekosistem secara keseluruhan jauh lebih besar daripada manfaatnya.
Sementara itu, Internet of Things tidak diinginkan (meskipun beberapa aspeknya dapat diimplementasikan melalui teknologi kabel dan terlindung). Jika orang ingin tinggal di rumah pintar, misalnya, rumah tersebut harus didasarkan pada teknologi kabel dan terlindung – seperti yang juga direkomendasikan sebagian besar insinyur dan pakar keamanan.
Kota pintar adalah ancaman karena berbagai alasan. Kroll (2020: 32) menulis: “Istilah kota pintar, di mana segala sesuatu dan semua orang terhubung secara digital dan setiap warga negara dengan semua data yang mereka hasilkan terus-menerus dilacak, hanyalah sebuah eufemisme untuk pengintaian total terhadap warga negara dan eksploitasi maksimum terhadap data mereka.” Upaya Alphabet (yang memiliki Google) untuk membangun kota pintar di sebuah wilayah di Toronto, Kanada, gagal dan digambarkan oleh Jim Balsillie (pensiunan Chairman dan co-CEO Research In Motion/BlackBerry) sebagai “eksperimen kapitalisme pengintaian kolonialis” (FAZ 2020: 1).
Faktanya, Alphabet berusaha mengambil alih dan memprivatisasi sebagian struktur pemerintahan dan pembuatan kebijakan. Niklas Maak menulis: “Alphabet ingin menginvestasikan total 1,3 miliar dolar dan mendirikan sejumlah perusahaan rintisan: untuk konstruksi kayu cerdas, peralatan rumah tangga robot dan pembuangan limbah bawah tanah, asuransi kesehatan yang tarifnya didasarkan pada data pengguna, dan pengembangan sensor. Di sinilah masalah dimulai. Dengan cepat menjadi jelas bahwa upaya Alphabet bukan hanya tentang menggunakan sumber daya yang lebih sedikit dan menyelaraskan pekerjaan dan kehidupan – tetapi juga tentang ‘menciptakan kembali konsep kebijakan sosial dan kepemimpinan politik yang ada’ dan, menurut bos Sidewalk [perusahaan Alphabet yang bertanggung jawab atas proyek ini], Daniel L. Doctoroff, ‘menguji manajemen berbasis data’ (teknokrasi sebagai pengganti demokrasi). Itu adalah deklarasi perang terbuka yang mencengangkan terhadap entitas yang bertanggung jawab atas kebijakan sosial: negara.” (FAZ 2020: 1) Alphabet bahkan mengincar hak untuk mendapatkan pendapatan pajak.
Setelah rencana Alphabet yang sebenarnya diketahui, perlawanan masyarakat sipil menjadi begitu besar sehingga upaya tersebut harus dihentikan. Alphabet menarik diri dari proyek tersebut.
IV. Rekomendasi untuk Pembaca
A. Gunakan Teknologi Berkabel dan Terlindung di Rumah Anda, Matikan Nirkabel
Teknologi nirkabel (Ponsel cerdas, tablet, telepon DECT, WLAN, dan GSM/UMTS/LTE/TETRA serta 5G yang direncanakan) secara terus menerus mengekspos orang dan lingkungan terhadap radiasi gelombang mikro berdenyut (dan dengan 5G dalam skala milimeter). Anda tidak dapat melihat radiasi ini. Kami sangat menyarankan Anda membeli alat pengukur agar radiasi yang Anda dan keluarga Anda alami di rumah dapat terlihat dan terdengar.
Anda tidak bergantung pada teknologi nirkabel di rumah Anda. Menukar koneksi nirkabel dengan koneksi kabel akan melindungi kesehatan Anda, keluarga Anda dan orang di sekitar Anda serta membuat komunikasi Anda lebih cepat, lebih jelas, dan lebih aman karena lebih sulit bagi pengguna yang tidak berkepentingan mengaksesnya. Anda dapat membangun rumah pintar (jika Anda menginginkannya) berdasarkan jaringan kabel – sebuah pendekatan yang direkomendasikan para insinyur saat ini karena sistem kabel secara konsisten berkinerja lebih baik daripada sistem nirkabel. Sistem berkabel juga membutuhkan lebih sedikit energi dan tidak memerlukan baterai untuk beroperasi, sehingga lebih ramah lingkungan dan mengurangi biaya operasional.
Untuk membuat perangkat yang ingin Anda gunakan tersedia di berbagai tempat di rumah Anda, Anda dapat memasang titik-titik untuk jaringan dan akses internet yang kemudian dapat Anda sambungkan ke perangkat apa pun yang Anda gunakan melalui kabel sementara mekanisme nirkabel dimatikan. Anda mungkin dapat memulainya sekarang juga, misalnya, dengan menghubungkan laptop Anda ke internet melalui kabel sambil mematikan WiFi.
B. Meminta Solusi Berkabel dan Terlindung untuk Diterapkan Secara Luas
Solusi berkabel dapat dan harus diterapkan di berbagai tempat kehidupan sosial yang digunakan bersama oleh banyak orang karena beberapa individu lebih sensitif terhadap radiasi daripada yang lain. Orang tidak memiliki hak meradiasi orang lain secara berlebihan di luar keinginan mereka jika hal itu dapat membahayakan orang lain.
Taman kanak-kanak, sekolah, dan tempat kerja seharusnya hanya menggunakan teknologi kabel. Alih-alih menawarkan WiFi, hotel, restoran, dan tempat serupa harus menawarkan titik koneksi kabel untuk menghubungkan perangkat. Alih-alih membangun infrastruktur 5G yang ekstensif, berbahaya, mahal, dan dapat dieksploitasi, infrastruktur kabel dan terlindung yang lebih sehat, lebih stabil, dan lebih aman harus selalu dibuat.
C. Sadarilah Kebiasaan Anda dan Dampaknya terhadap Perasaan Anda
Gunakanlah teknologi untuk tujuan yang konstruktif, pendidikan, pekerjaan, interaksi di seluruh dunia (jika bertemu langsung tidak memungkinkan). Jangan menggunakannya untuk tujuan merusak, untuk mendapatkan pengakuan (popularitas sementara tidak sama dengan kebenaran), untuk membandingkan diri Anda dengan orang lain atau sorotan yang disajikan dengan manipulatif (Anda unik dan memiliki tujuan yang unik) atau untuk melewatkan waktu luang (dengan algoritme yang menentukan ke mana perhatian Anda pergi, bukan Anda yang bertanggung jawab).
Batasi paparan Anda terhadap teknologi dan matikan perangkat setiap kali Anda menghabiskan waktu tatap muka dengan keluarga (termasuk hewan peliharaan), teman, atau alam.
Seimbangkan waktu yang Anda habiskan di dunia digital dengan waktu yang Anda habiskan di dunia alami. Yang terakhir harus selalu melebihi yang pertama karena habitat alamiahlah yang menyediakan apa yang benar-benar dibutuhkan oleh tubuh, pikiran, dan jiwa kita. Dunia digital adalah sebuah konstruksi buatan yang dapat menjebak kita jika kita tidak berinteraksi dengannya secara sadar.
Lebih jauh lagi, penting menjauhkan anak-anak yang masih sangat kecil dari teknologi digital apa pun setidaknya hingga usia 3 tahun; mereka belajar dan tumbuh paling baik di dunia alamiah melalui interaksi positif antara manusia dengan manusia. Ketika mereka beranjak dewasa, kita perlu mengajari mereka cara untuk menjadi tangguh dalam menghadapi teknologi yang membuat ketagihan, cara untuk terlibat secara sadar dengan dunia digital dan menghindari jebakan.
D. Tuntut Praktik Etis Dan Gunakan Kekuatan Uang Anda
Sebagai konsumen, kita secara drastis memberikan dampak pada dunia dengan membelanjakan uang kita. Jika kita membeli produk yang didasarkan pada eksploitasi, kita berkontribusi pada eksploitasi tersebut. Jika kita membeli produk yang etis (misalnya, organik, Perdagangan Adil), kita berkontribusi pada dunia yang lebih etis.
Untuk industri digital bernilai triliunan dolar, akan mudah melacak asal-usul mineral mentah yang digunakan dalam perangkat teknologi, menempatkannya di area pertambangan atau tambang tertentu, dan memasoknya dengan robot untuk melakukan penggalian sambil meningkatkan kehidupan masyarakat yang tinggal di area tersebut sebagai imbalan atas penggunaan tanah mereka. Hal ini akan memungkinkan pembuatan produk dengan cara yang adil. Kita perlu menuntut praktik perdagangan adil yang seharusnya tidak menjadi pengecualian tetapi menjadi norma, meminta pertanggungjawaban perusahaan, mengajukan pertanyaan, dan menggunakan uang kita membeli produk-produk yang adil sambil memboikot produk-produk yang didasarkan pada praktik-praktik eksploitasi.
E. Tuntut Hak-hak Anda, Desentralisasi dan Minimalisasi Data
Sentralisasi dan monopoli pengambilan keputusan politik melemahkan tingkat lokal (daerah, kota, kota kecil, dan komunitas) dan bertentangan dengan prinsip subsidiaritas. Hal ini melemahkan Anda. Semakin jauh, semakin sulit dijangkau, dan semakin tidak jelas para pengambil keputusan, semakin kecil kemungkinan Anda untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik yang secara langsung memengaruhi Anda, keluarga, lingkungan, dan komunitas Anda. Itulah sebabnya segala jenis upaya (termasuk undang-undang seperti RUU H.R. 3557) yang memusatkan kekuasaan perlu ditolak. Sebaliknya, yang dibutuhkan adalah desentralisasi yang lebih besar berdasarkan prinsip subsidiaritas.
Selain itu, kita tidak boleh menukar hak privasi kita dengan akses ke aplikasi atau layanan karena privasi dan hak kemampuan menentukan nasib sendiri berdasarkan informasi yang memadai sangat penting jika kita ingin terus hidup di negara demokrasi. Perusahaan-perusahaan Teknologi Besar hanya dapat memanen data pribadi – mengganggu kehidupan pribadi miliaran orang, melanggar hak asasi manusia yang dilindungi secara konstitusional dalam prosesnya – karena kepatuhan pribadi dan karena pemerintah tidak berada di bawah tekanan untuk mengatur mereka akibat apatisme masyarakat. Oleh itu, data pribadi yang sensitif terus diperoleh dan digunakan secara tidak sah oleh pemerintah dan pemangku kepentingan perusahaan.
Seperti yang dikatakan Solomon (2018): “[K]ita harus mengadvokasi prinsip-prinsip minimalisasi data, desentralisasi, persetujuan, dan akses terbatas [terhadap data] yang memperkuat hak-hak fundamental kita.”
F. Tolak ID Digital Apa Pun Insentifnya
Jangan pernah menukar kebebasan dan privasi – yang telah diperjuangkan dengan susah payah oleh generasi sebelumnya – dengan kenyamanan dan insentif. Jika Anda melakukannya, Anda tidak hanya merugikan diri Anda sendiri, tetapi juga menikam nenek moyang dan anak-anak Anda dari belakang.
Bergabunglah bersama kami untuk menolak segala upaya penerapan ID Digital. Seperti yang telah dijelaskan, ID Digital adalah prasyarat sistem pengawasan dan kontrol totaliter. Ia juga akan meningkatkan kapitalisme pengintaian anti-manusia di mana manusia dengan datanya menjadi produk itu sendiri.
Jangan gunakan dompet ID Digital meskipun Anda diiming-imingi insentif atau dipaksa melakukannya selama krisis. Selama mayoritas penduduk tidak menggunakannya, ID Digital dapat dihentikan di tengah jalan. Anda bisa mengatakan tidak sekarang juga tanpa harus menghadapi konsekuensi apa pun. Jika mayoritas mengatakan tidak, akan sulit mewajibkan ID Digital. Kebebasan dan kekuatan Anda terletak pada keputusan yang Anda ambil.
G. Tingkatkan Penggunaan Uang Tunai
Sejarah uang menunjukkan bahwa uang yang Anda gunakan dapat membuat perbedaan antara kemerdekaan atau keterikatan. Uang tunai berarti kemerdekaan, kedaulatan dan privasi.
Namun, dengan adanya rencana mewujudkan masyarakat tanpa uang tunai, menggunakan uang tunai menjadi lebih dari sekadar preferensi pribadi. Hal ini berubah menjadi sebuah tindakan dan pernyataan politik dengan konsekuensi yang sangat nyata. Hanya dengan menggunakan uang tunai, Anda dapat membuat perbedaan politik yang akan semakin kuat jika Anda meningkatkan penggunaan uang tunai secara proporsional. Selama mayoritas penduduk bersikeras menuntut ketersediaan dan penggunaan uang tunai, akan sangat sulit menerapkan masyarakat tanpa uang tunai sepenuhnya.
Dengan menggunakan uang tunai, Anda lebih jauh menjaga nilai riil di tangan orang dibandingkan menyumbangkannya ke sistem perbankan atau penyedia serupa. Uang kertas 50 dolar akan selalu tetap menjadi uang kertas 50 dolar di tangan pembawanya, bahkan jika uang tersebut berpindah tangan sebanyak 30 kali. Sementara itu, sebagian besar uang 50 dolar yang dibayarkan secara digital melalui kartu kredit atau layanan serupa, setelah 30 kali transaksi, akan menjadi milik bank atau penyedia pembayaran digital lainnya karena adanya biaya transaksi.
Sumber: Tidak diketahui
[Mengapa kita harus membayar tunai di mana-mana dengan uang kertas daripada kartu?
– Saya punya uang kertas £50 di saku. Membayar makan malam di restoran dengannya. Pemilik restoran kemudian menggunakan uang itu untuk membayar binatu, yang kemudian menggunakan tagihan tersebut untuk membayar tukang cukur, yang kemudian menggunakan uang itu untuk berbelanja. Berapa kali pun dibelanjakan, uang itu tetap bertahan sebagai £50. Bank tidak mendapat apa-apa dari setiap transaksi tunai yang dilakukan.
– Tetapi jika saya membayar di restoran secara digital, atau kartu, biaya bank untuk transaksi yang dibebankan kepada penjual adalah 3%, jadi sekitar £1,50 dan begitu juga biaya £1,50 untuk setiap transaksi pembayaran selanjutnya kepada pemilik binatu atau tukang cukur, dst. ….. Oleh itu, setelah 30 transaksi, uang awal sebesar £50 hanya akan tersisa £5 dan sisanya £45 menjadi milik bank sebagai biaya transaksi.
MENGAPA MEMBAYAR TUNAI?
– Sederhana
– Aman
– Instan
– Langsung
– Pribadi
– Nyaman
– Universal
– Tidak terbatas
– Mudah
– Bebas
Jika kita selalu membayar dengan uang tunai, pekerjaan dan mesin uang tunai bertahan, dan bank tidak perlu memperkenalkan uang ‘pintar’. CBDC berpotensi memantau dan mengendalikan seluruh hidup Anda. Tidak ada yang lebih nyaman dan mudah daripada membayar tunai.]
V. Kesimpulan
Kita adalah saksi kontemporer dari percepatan implementasi Revolusi Industri Keempat di mana para pemangku kepentingan utama bertujuan melakukan transformasi digital di semua bidang kehidupan dan produksi. Transformasi digital adalah sebuah ideologi dan sensasi. Transformasi digital juga merupakan kendaraan pengintaian dan kontrol total jika tidak dibatasi dan diatur dengan benar. Penting berhenti sejenak dan menganalisis Revolusi Industri Keempat dengan cara rasional. Penting membedakan antara inovasi positif dan negatif yang dihadirkan di bawah payung digitalisasi untuk memilih teknologi dan instrumen mana yang akan diterapkan (yang bermanfaat) serta bagaimana melakukannya secara etis dan instrumen mana yang harus ditolak (yang berbahaya). Tidak semua yang layak secara teknologi harus diterapkan. Pertimbangan etika harus berada di atas kepentingan sempit kekuasaan dan uang. Sangatlah penting menggunakan teknologi dengan bijaksana. Rekomendasi kebijakan dan rekomendasi untuk pembaca yang disajikan dalam laporan singkat ini memiliki dasar pertimbangan etika dan sains, serta memberikan jalan menuju perlindungan hak asasi manusia (termasuk hak asasi manusia atas kesehatan), demokrasi dan alam.
Ucapan Terima Kasih
Kami berterima kasih kepada Arthur Firstenberg (Presiden Cellular Phone Task Force) atas kontribusi signifikannya terhadap bagian-bagian dokumen ini yang mencakup teknologi nirkabel serta penyusunan rekomendasi kebijakan tentang teknologi nirkabel. Kami juga berterima kasih kepada Olle Johansson (pensiunan – tetapi masih aktif – profesor dari Karolinska Institute dan Royal Institute of Technology di Swedia), Eileen O’Connor (direktur Radiation Research Trust), Dr. Giorgio Cinciripini (ahli biokimia dari Associazione Italiana Elettrosensibili), Ian Jarvis, Kathleen Burke, dan Christof Plothe atas komentar dan saran yang sangat membantu.
Referensi
Alster, Norm (2015). Captured Agency. How the Federal Communications Commission Is Dominated by the Industries It Presumably Regulates. Harvard University. Edmond J. Safra Center for Ethics. https://ethics.harvard.edu/files/center-for-ethics/files/capturedagency_alster.pdf.
Amnesty International (2016). Exposed: Child labour behind smart phone and electric car batteries. https://www.amnesty.org/en/latest/news/2016/01/child-labour-behind-smart-phone-and-electric-car-batteries/.
Amnesty International (2018). Phones, Electric Cars and Human Rights Abuses. https://www.amnesty.org/en/latest/news/2018/05/phones-electric-cars-and-human-rights-abuses-5-things-you-need-to-know/.
Becker, Robert O. (1985). The Body Electric. NY: Morrow.
Blackman, Carl F. (2007). Evidence for disruption by the modulating signal. BioInitiative Report, Section 15. https://bioinitiative.org/wp-content/uploads/pdfs/sec15_2007_Modulation_Blackman.pdf.
Blackman, Carl F. and Forge, Simon (2019). 5G Deployment: State of Play in Europe, USA, and Asia. Study for the Committee on Industry, Research and Energy, Policy Department for Economic, Scientific and Quality of Life Policies, European Parliament, Luxembourg. https://www.europarl.europa.eu/RegData/etudes/IDAN/2019/631060/IPOL_IDA(2019)631060_EN.pdf.
Bochicchio, V., Keith, K., Montero, I., Scandurra, C., Winsler, A. (2022). Digital media inhibit selfregulatory private speech use in preschool children: The “digital bubble effect”. Cognitive Development, 62, 101180.
California State Association of Counties (2017). Local Government Praises Veto of SB 649. Governor Brown’s Action Protects Local Control Over Telecom. Press Release. https://www.counties.org/press-release/local-government-praises-veto-sb-649.
Clinton, V. (2019). Reading from paper compared to screens: A systematic review and meta-analysis Journal of Research in Reading, 42 (2), 288–325.
Cucurachi, S. et al. (2013). A review of the ecological effects of radiofrequency electromagnetic fields (RF-EMF). Environment International 51: 116–140.
Environmental Health Trust (2017). SCIENTISTS AND DOCTORS DEMAND MORATORIUM ON 5G WARNING OF HEALTH EFFECTS. https://ehtrust.org/scientists-and-doctors-demand-moratorium-on-5g-warning-of-health-effects/.
Delgado, P., Vargas, C., Ackerman, R. & Salmer, L. (2018). Don’t throw away your printed books: A meta-analysis on the effects of reading media on reading comprehension. Educational Research Review, 25, 23–38.
FAZ (2020). Google-Stadt ist abgebrannt. By Niklas Maak. https://www.faz.net/aktuell/feuilleton/debatten/keine-smart-city-in-toronto-google-stadt-ist-abgesagt-16763217.html.
Firstenberg, Arthur (2020). The Invisible Rainbow: A History of Electricity and Life. White River Junction, VT: Chelsea Green.
Hardell L, & Nyberg R. (2020). Appeals that matter or not on a moratorium on the deployment of the fifth generation, 5G, for microwave radiation. Mol Clin Oncol. 2020 Mar;12(3):247–257. doi: 10.3892/mco.2020.1984. Epub 2020 Jan 22. PMID: 32064102; PMCID: PMC7016513.
Häring, Norbert (2016). Die Abschaffung des Bargelds und die Folgen: der Weg in die totale Kontrolle. Bastei Lübbe (Quadriga).
Hembrooke, H., & Gay, G. (2003). The laptop and the lecture: the effects of multitasking in learning environments. Journal of Computing in Higher Education, 15, 46–64.
Jefferson Health (2022). The Addictiveness of Social Media. https://www.jeffersonhealth.org/your-health/living-well/the-addictiveness-of-social-media-how-teens-get-hooked.
Klingberg, T. (2023) Framtidens digitala lärande. Natur & Kultur.
Kraushaar, J.M. & Novak., D.C. (2010). Examining the effects of student multitasking with laptops during the lecture. Journal of Information Systems Education, 12 (2) 241–328.
Kroll, Matthias (2020). Die Auswirkungen des 5G Netz-Ausbaus auf Energieverbrauch, Klimaschutz und die Einführung weiterer Überwachungstechniken. World Future Council. https://www.worldfuturecouncil.org/wp-content/uploads/2020/10/5G-Klimaschutz-Studie-Matthias-Kroll.pdf.
Leszczynski, Dariusz (2017). Wireless Radiation and Health: The Past, The Present & The Future. Lecture at The Finnish Society for Natural Philosophy, Helsinki.
Leszczynski, Dariusz (2022). Call for consensus debate on mobile phone radiation and health: Are current safety guidelines sufficient to protect everyone’s health? Front. Public Health, Sec. Radiation and Health Volume 10 – 2022. https://doi.org/10.3389/fpubh.2022.1085821.
Levitt, B. Blake, Lai, Henry C., and Manville, Albert M. II (2021). Effects of non-ionizing electromagnetic fields on flora and fauna, Part 2 impacts: how species interact with natural and man-made EMF. Reviews on Environmental Health 37(3): 327–406 and Supplements 1–4. https://doi.org/10.1515/reveh-2021-0050.
Li C, Cheng G, Sha T, Cheng W, Yan Y. (2020). The Relationships between Screen Use and Health Indicators among Infants, Toddlers, and Preschoolers: A Meta-Analysis and Systematic Review. International Journal of Environmental Research and Public Health. 17(19):7324. https://doi.org/10.3390/ijerph17197324.
Limone, Pierpaolo, & Toto, Giusi Antonia (2022). Psychological and Emotional Effects of Digital Technology on Digitods (14–18 Years): A Systematic Review. Front. Psychol. Sec. Health Psychology Volume 13 – 2022. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2022.938965.
Madigan, S., McArthur, B. A., Anhorn, C., Eirich, R., & Christakis, D. A. (2020). Associations Between Screen Use and Child Language Skills: A Systematic Review and Meta-analysis. JAMA pediatrics, 174(7), 665–675.
Moser, A., Zimmermann, L., Dickerson, K., Grenell, A., Barr, R., & Gerhardstein, P. (2015). They can interact, but can they learn? Toddlers’ transfer learning from touchscreens and television. Journal of Experimental Child Psychology, 137, 137–155.
National Association of Counties (2023). HOUSE COMMITTEE ADVANCES LOCAL AUTHORITY PREEMPTION BILL FOR BROADBAND DEPLOYMENT PROJECTS. https://www.naco.org/blog/house-committee-advances-local-authority-preemption-bill-broadband-deployment-projects.
OECD (2015). Students, Computers and Learning: Making the Connection, PISA, OECD Publishing. http://dx.doi.org/10.1787/9789264239555-en.
Presman, Aleksandr S. (1970). Electromagnetic Fields and Life. NY: Plenum Press.
Privacy International (2012). Privacy as a Political Right. https://privacyinternational.org/sites/default/files/2017-12/Privacy%20as%20a%20Political%20Right.pdf.
Riehm KE, Feder KA, Tormohlen KN et al. (2019). Associations Between Time Spent Using Social Media and Internalizing and Externalizing Problems Among US Youth. JAMA Psychiatry;76(12):1266–1273. doi:10.1001/jamapsychiatry.2019.2325.
Seubert, Sandra, & Becker, Carlos (2021). The Democratic Impact of Strengthening European Fundamental Rights in the Digital Age: The Example of Privacy Protection. German Law Journal, 22(1), 31–44. doi:10.1017/glj.2020.101.
Sulman, Felix Gad (1980). The effect of air ionization, electric fields, atmospherics and other electric phenomena on man and animal. American Lecture Series, Publ. no. 1029. Charles C. Thomas Publisher, Springfield IL. https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0160412012002334/pdfft?isDTMRedir=trueHYPERLINK “https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0160412012002334/pdfft?isDTMRedir=true&download=true”&HYPERLINK “https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0160412012002334/pdfft?isDTMRedir=true&download=true”download=true.
The Harvard Gazette (2019). High tech is watching you. https://news.harvard.edu/gazette/story/2019/03/harvard-professor-says-surveillance-capitalism-is-undermining-democracy/.
Thorell, Lisa, Klingberk, Torkel, Horlitz, Agneta, Olsson, Andreas, & Ådén, Ulrika (2023). Stellungnahme zum Vorschlag der schwedischen Bildungsbehörde für eine nationale Digitalisierungsstrategie für das Schulsystem 2023–2027. Karolinska Institutet dnr 1-322/2023.
Véliz, Carissa (2021). Why Democracy Needs Privacy. Boston Review. https://www.bostonreview.net/articles/why-democracy-needs-privacy/.
Washington Post (2016). THE COBALT PIPELINE. Tracing the path from deadly hand-dug mines in Congo to consumers’ phones and laptops. By Todd C. Frankel. https://www.washingtonpost.com/graphics/business/batteries/congo-cobalt-mining-for-lithium-ion-battery/.
Yadav, S., Chakraborty, P., Mittal, P., & Arora, U. (2018). Children aged 6–24 months like to watch YouTube videos but could not learn anything from them. Acta paediatrica, 107(8), 1461–1466.
Lantai 1, 11 Laura Place, Bath, BA2 4BL
WWW.WORLDCOUNCILFORHEALTH.ORG
Penerjemah & Penyunting:
Surya & Afrilya |
Lisensi: CC BY-NC-SA (https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0/deed.en)