Kami telah menemukan video “cek fakta” yang menakjubkan dari TV One. Wartawan mereka sedang mewawancarai Ketua IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarso tentang video dari Dr Robert Malone, penemu teknologi vaksin mRNA, yang memperingatkan tentang penggunaan vaksin Covid19 pada anak-anak.
Video tersebut penuh dengan disinformasi dan omong kosong sehingga kami memutuskan untuk mempublikasikan analisis untuk mengungkap penipuan TV One dan IDAI.
Pada artikel ini pertama-tama kami akan menampilkan video asli dari Dr. Malone (dengan subtitle bahasa Indonesia), kemudian video TV One diikuti dengan transkrip dengan analisis terperinci.
Video asli Dr. Robert Malone:
Video TV One:
Transkrip video dengan analisis kami. Kata-kata dari video TV One berwarna hitam, analisis kami berwarna merah.
00:04-0:18 Pernyataan ahli virus dan imunologi Amerika Serikat dr. Robert D. Malone soal bahaya vaksinasi covid-19 pada anak mulai viral di masyarakat setelah beredar pernyataan dr. Malone ini dipertanyakan sejumlah media massa. Mengapa penemu teknologi vaksin mRNA justru mendiskreditkan sendiri hasil temuannya
1:33-1:44 Bantahan juga datang dari beberapa artikel kesehatan di Amerika yang menyebutkan bahwa lembaga obat-obatan Amerika Serikat (FDA) sudah menyetujui penggunaan vaksin untuk anak pada 29 Oktober 2021 lalu dan sudah dikonfirmasi keamanan dan efikasinya
[1] Ini benar, FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat “sudah menyetujui penggunaan vaksin untuk anak pada 29 Oktober 2021 lalu”. Tetapi:
- Hanya EUA = otorisasi penggunaan darurat. Artinya semua vaksin tersebut masih eksperimental, sedang dalam tahap uji coba, belum sepenuhnya disetujui –> Artikel dengan rincian uji klinis semua vaksin
- FDA AS telah mengabaikan semua prinsip keamanan dan akal sehat. Dalam kasus vaksin Pfizer, FDA terpaksa merilis semua data uji coba Pfizer oleh gugatan keterbukaan informasi publik. Data ini dirahasiakan dari publik hingga FDA terpaksa merilisnya melalui gugatan. Data tersebut menunjukkan bahwa dari semua orang yang berpartisipasi dalam uji klinis, 42.086 menderita efek samping yang serius, 1.223 meninggal dan 11.361 menderita efek jangka panjang (belum sembuh pada saat laporan dibuat). Di bawah ini adalah tabel dari laporan resmi yang menunjukkan data ini dan ini adalah tautan ke laporan lengkap: Laporan
- Fakta bahwa telah terjadi kasus kelumpuhan pada preclinical studi mengenai anak-anak, kasus Maddie de Garay yang disembunyikan oleh Pfizer.
- Fakta bahwa para volunteer yang ambil bagian dalam preclinical study/trial perusahaan – perusahaan / manufaktur vaksin mengalami cedera (KIPI) setelah menerima vaksinasi Covid-19 di Amerika Serikat sudah terbukti dengan digelarnya pertemuan diskusi penting yang digagas oleh Senator Ron Johnson. Pertemuan ini dihadiri oleh para dokter dan peneliti medis yang sudah menangani pasien – pasien Covid-19, para keluarga volunteer korban yang mengalami KIPI, dan berbagai kepala instansi -instasi terkait di Amerika. Anda bisa simak artikelnya disini: Artikel . Artikel ini memuat daftar nama- nama korbannya: Artikel . Video lengkapnya pun anda bisa simak disini: Video
- Faktanya, telah terungkap dalam kasus Pfizer bahwa masalah besar sedang terjadi dalam pengujian dan persetujuan vaksin yang mengarah pada hasil dan data yang tidak dapat dipercaya. Rinciannya telah dipublikasikan di salah satu jurnal paling terkenal dan bereputasi di dunia: BMJ (British Medical Journal): Artikel BMJ
Berikut adalah beberapa elemen kunci:
- Peserta ditempatkan di lorong setelah injeksi dan tidak dipantau oleh staf klinis
- Kurang tepat waktu tindak lanjut pasien yang mengalami efek samping
- Protokol penyimpangan tidak dilaporkan
- Vaksin tidak disimpan pada suhu yang tepat
- Spesimen laboratorium salah label
- Penargetan dan intimidasi staf yang melaporkan jenis masalah ini
1:45-2:04 Dokter Robert Wales Malone adalah ahli virus dan imunologi Amerika. Karyanya berfokus pada teknologi mRNA, obat-obatan, dan penelitian penggunaan kembali obat. Selama pandemi ini ia telah dikritik karena mempromosikan informasi yang dianggap salah tentang keamanan dan efektifitas vaksin covid-19
[2] Kami telah menemukan banyak artikel yang mencoba mendiskreditkan Dr. Malone. Sebab, sama seperti media-media di Indonesia tentang apa pun yang berhubungan dengan keamanan vaksin, semuanya hanya berupa narasi (tanpa data, studi atau bukti lain yang bisa diverifikasi). Robert W. Malone adalah salah satu ilmuwan pengembang vaksin yang paling banyak diambil referensinya atas publikasi-publikasinya (>12,000 sitasi); seperti yang ditemukan disini; Patent-patent dan publikasi original Dr Robert W. Malone mengenai mRNA menghiasi dunia pengembangan vaksin itu sendiri. Apa yang disebut “fact check” ini didanai secara langsung dan tidak langsung oleh industri farmasi dan semuanya menggunakan pola yang sama. Aksi pendiskreditan oleh Atlantic.com telah terbantahkan karena factchecker.org yang digunakan didanai oleh para pelaku industri Kesehatan. Narasi ditulis agar tampak benar bagi orang awam tetapi tidak pernah menyertakan bukti data apa pun. Sama halnya dalam kasus ini, TV One membuat klaim tentang Dr. Malone tanpa bukti.
2:49-3:14 Jadi, masalah safety untuk vaksin ini yah.. saya kira tidak sembarangan sebuah negara atau bahkan banyak negara.. mengeluarkan ee.. izin untuk beredarnya vaksinasi.. beredarnya vaksin ya untuk program vaksinasi massal di.. negaranya. Yah.
3:15-3:32 Dan.. vaksin-vaksin ini kan bukan hal yang baru. Sudah 200 tahunan lebih, yah. Ee.. vaksin-vaksin itu mulai dari yang cacar, yah, yang ditulis pertama. Hingga vaksin-vaksin dengan platform yang baru, yang sekarang ini.
[3] Ini adalah klaim yang sangat umum kami temukan di media dan dari buzzer berbayar di media sosial, membandingkan vaksin Covid19 dengan vaksin umum lainnya. Ini salah dan menyesatkan, vaksin-vaksin lain itu terbukti aman dan efektif dan memiliki persetujuan penuh, serta sudah memasuki masa uji coba selama puluhan tahun. Semua vaksin Covid19 bersifat eksperimental dan tidak memiliki persetujuan penuh (lihat poin sebelumnya [1]), tidak terbukti aman dan efektif.
3:32-4:11 Dan safety-nya itu melalui banyak sekali penelitian-penelitian, yah. Mulai dari uji coba ke hewan, kemudian relawan dewasa, kemudian ke populasi dewasa, baru anak-remaja, dan kemudian anak kecil. Jadi, saya kira seandainya ada sesuatu yang membahayakan.. itu pasti sudah ditarik, yah, di banyak negara. Ada beberapa vaksin yang ditarik dari peredarannya karena ada efek simpang yang dirasakan memang berbahaya.
[4] Seperti yang telah ditunjukkan pada poin [1], ada masalah keamanan yang serius bahkan sebelum persetujuan (EUA) diberikan oleh FDA. Sejak vaksinasi massal dimulai, banyak negara membuat catatan resmi tentang efek samping. Diperkirakan bahwa kurang dari 10% dari efek samping yang dilaporkan. Saat ini ada lebih dari 50.000 kematian yang tercatat di AS, Uni Eropa dan Inggris, yang menunjukkan lebih dari 500.000 orang telah terbunuh oleh vaksin di sana. Kami telah melaporkan data resmi dari AS, UE, dan Inggris: Artikel
Mengenai klaim perwakilan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) bahwa banyak penelitian telah dilakukan tentang keamanan, klaim ini tidaklah benar. Sebaliknya, banyak penelitian telah dilakukan tentang bahaya dari vaksin Covid19 dan semuanya diabaikan oleh pembuat vaksin dan FDA. Beberapa contoh:
Risiko mengembangkan sindrom koroner akut (ACS, penyakit jantung) meningkat secara signifikan pada pasien setelah menerima vaksin mRNA COVID-19, menurut laporan yang dipresentasikan di Sesi Ilmiah American Heart Association (AHA) 2021. Artikel asli | Artikel bahasa Indonesia
SARS-CoV-2 Spike Merusak Perbaikan Kerusakan DNA dan Menghambat Rekombinasi V(D)J In Vitro. Ini adalah potensi untuk kanker dan banyak penyakit lainnya. Studi asli | Studi bahasa Indonesia
Kematian Mendadak Akibat Miokarditis (penyakit jantung) Setelah Vaksinasi BNT162b2 mRNA (Pfizer) COVID-19 di Korea: Laporan Kasus Berfokus pada Temuan Histopatologi. Studi asli | Studi bahasa Indonesia
Infeksi COVID-19 sebelumnya dikaitkan dengan peningkatan efek samping setelah vaksinasi BNT162b2/Pfizer. Studi asli | Studi bahasa Indonesia
Vaksin Astra Zeneca dan J&J: Bisakah vaksin COVID-19 tertentu membuat orang lebih rentan terhadap virus AIDS? Studi asli | Studi bahasa Indonesia
Studi peer reviewed menunjukkan 81% dari 900an participant ibu hamil untuk vaksin jenis mRNA mengalami spontaneous abortion (aborsi spontan) tidak lama setelah menerima. Studi
Data resmi FDA: 86% Anak-anak mengalami Reaksi Merugikan terhadap Vaksin Pfizer Covid-19 dalam Uji Klinis. Dokumen FDA (Halaman 25)
Para ilmuwan telah menemukan bahwa vaksin Pfizer membuat perubahan yang luas pada seluruh sistem kekebalan tubuh. Tidak ada yang tahu seberapa parah konsekuensi jangka panjangnya. Vaksin ini bahkan mengubah respon imun terhadap bakteri, jamur dan tumor (kanker). Studi
Komponen nanopartikel lipid platform mRNA-LNP yang digunakan dalam studi vaksin pra klinis sangat menyebabkan inflamasi: Studi
4:12-4:33 Nah. Jadi pernyataan-pernyataan dari kelompok anti vaksin ini memang ee biasanya suka bikin heboh *hehe yah di media. Dan anehnya masyarakat kita memang lebih tertarik dengan statement-statement bombastis seperti ini, yah.
[5] Yang disebut oleh narasumber sebagai “anti-vaksin” adalah orang-orang yang memahami sains, membaca jurnal dengan studi peer review dan data ilmiah. Faktanya, Dr. Malone justru adalah seorang pro-vaksin; beliau menyatakan demikian dalam pernyataan terbuka pada Global Covid Summit. Beliau mengatakan “I stand by this statement with a career dedicated to vaccine research and development. I’m vaccinated for COVID and I’m generally pro-vaccination. I have devoted my entire career to developing safe and effective ways to prevent and treat infectious diseases”, kutipan tersebut dapat ditemukan di website Global Covid Summit.
Dr Piprim di sini menggunakan definisi antivax bagi orang-orang yang menolak vaksin Covid19, sebagaimana definisi baru dalam antivaxx, dan ini bertolak belakang dari pernyataan Dr Malone sendiri bahwa beliau bukanlah antivax. Data ini jelas menunjukkan bahwa vaksin Covid19 tidak aman, tidak efektif, bahwa melakukan vaksinasi massal di tengah pandemi adalah kegilaan dan yang terpenting adalah data membuktikan bahwa tidak perlu memvaksinasi anak-anak. Anti vaksin adalah istilah yang salah dan menyesatkan, istilah yang benar adalah pro-sains.
4:33-5:05 Jadii.. saya kira tidak benar apa yang dinyatakan karena.. begini logikanya yah. Virus covid yang utuh, ya. Virus covid utuh.. itu jika menulari anak yang sehat, ya. Itu sebagian besar 99%, dengan kekebalan alamiahnya, anak itu bergejala ringan saja, yah. Hanya 1% anak yang terkena covid berat, yah. Terutama anak dengan komorbid.
[6] Ini klaim, mana data lengkapnya? Tetapi sebenarnya sesuai dengan data yang kami miliki, KURANG dari 1% anak-anak yang terkena dampak serius Covid19 dan hampir hanya anak-anak dengan penyakit penyerta yang ekstrim. Studi dari Journal Nature menunjukkan bahwa hanya 0,008% IFR dari kasus Covid19 kepada anak-anak, dan itu pun disertai komorbid obesitas, cardiac, dan gangguan syaraf.
“Risiko terendah diamati pada anak-anak berusia 5-11 tahun tanpa penyakit penyerta. Dalam kelompok ini, tingkat masuk IGD adalah 0,2 per 10.000 dan kasus kematian tidak dapat dihitung, karena tidak adanya kasus. “ Tautan ke Studi
Jadi, jika IDAI tahu bahwa anak normal yang sehat tidak terpengaruh, lalu mengapa memvaksinasi mereka?
5:07-5:47 APALAGI KALAU HANYA BAGIAN DARI VIRUSNYA, yah. mRNA ini kan bukan virus utuh, oke. Jadi vaksin mRNA ini.. bagian dari virus, yah. ee RNA-nya virusnya yah yang dipotong. Jadi bukan bagian- bukan virus utuhnya, yah. Dengan virus utuhnya saja anak-anak itu 99% yah, gejalanya ringan atau OTG, yah, apalagi hanya dengan sebagian dari virus utuh mRNA yang dibikin vaksin yang tujuannya untuk menimbulkan kekebalan atau antibodi terhadap VIRUS GANASNYA.
[7] Pada poin sebelumnya ia mengatakan virus Covid19 tidak berbahaya bagi 99% anak-anak… setelah itu ia mengatakan “ganas”. Jadi apa itu? Faktanya, Covid19 kurang berbahaya bagi anak-anak daripada flu (studi). Sisa dari pernyataan itu tidak koheren dan tidak masuk akal …
5:47-5:59 Jadi gitu loh. Kalau kita pakai logika saja, ee.. Ini gak masuk yah keterangannya ee siapa tadi? Yang kelompok anti vaksin tadi.
5:59-6:15 Tapi untuk lebih jelasnya.. mungkin bisa.. nanti ditanyakan kepada ee ahli.. vaksinologi yah. Ahli vaksinologi yang bisa membahas lebih detail bagaimana proses pembuatan vaksin ini.
[8] Jawaban ini sebenarnya sangat bagus. Dia mengakui bahwa dia tidak mengerti apa-apa tentang vaksin mRNA (atau vaksin lainnya), yang juga jelas dari semua jawaban yang lain. Tapi dia menyerang penjelasan dari Dr. Malone, yang merupakan salah satu pakar terkemuka di dunia tentang mRNA dan vaksin.
6:15-6:24 Tapi ini dr. Malone itu juga menyinggung soal lonjakan protein akibat vaksin yang katanya dapat berakibat pada sejumlah organ anak. Artinya ini tidak benar, dokter?
6:26-6:41 Yaa.. kan kalo kejadian itu kan vaksinasi sudah ee dilakukan cukup lama ya. Vaksinasi covid yang mRNA ini sudah cukup lama. Harusnya kan sudah banyak pelaporan ya.
[9] Seperti ditunjukkan pada poin [4], hanya di AS, Uni Eropa dan Inggris lebih dari 50.000 kematian dan jutaan efek samping yang serius telah tercatat secara resmi.
6:41-6:55 Jadi, ee.. coba dengan logika sederhana saja ya mba, logika sederhana saja. Dengan virus ganasnya saja, ya. Anak-anak itu 99% dia tidak bergejala. Gejalanya ringan saja, bahkan OTG, yah anak-anak itu.
6:56-7:01 Kita ingin vaksinasi karena ingin memutus mata rantai supaya anak ini tidak jadi OTG, ya kan?
[10] Ini adalah pernyataan yang menarik, karena semua vaksin Covid19 belum pernah diuji untuk “OTG”. Efektivitas vaksin Covid19 hanya diuji untuk penyakit bergejala. Bukan untuk infeksi (OTG), penularan dan kematian. Jadi ini klaim palsu/hoax, tujuan vaksin bukan untuk mencegah OTG, itu tidak pernah diuji dan vaksin tidak bisa mencegahnya. Berikut link studi uji klinis Sinovac: Hasil uji coba Sinovac
Kami telah menerbitkan banyak data resmi dan penelitian bahwa vaksin Covid19 tidak mencegah infeksi dan penularan (OTG): Artikel
Bahkan narasi resmi dari Kemenkes dan Media telah berubah, mereka bahkan tidak mengklaim lagi bahwa vaksin mencegah infeksi dan penularan (OTG), ini juga alasan mereka mengatakan orang yang divaksinasi tetap harus memakai masker. Narasi resminya adalah bahwa vaksin mencegah penyakit serius.
Menarik juga untuk dicatat bahwa menurut pernyataan sebelumnya dari perwakilan IDAI, hampir tidak ada anak tanpa komorbid yang sakit berat oleh Covid19. Jadi apa …vaksin mencegah OTG atau sakit parah?
7:02-7:19 Maka ada bagian dari virus itu yang kemudian juga vaksin. Jadi kalau dengan virus utuhnya saja anak-anak itu tidak bermasalah. Apalagi hanya dengan bagian dari virus tadi. Yang tujuannya hanya untuk merangsang ee imunitas spesifik, dalam hal ini pembentukan antibodi.
[11] Ini benar-benar salah dari perspektif ilmiah. mRNA dalam vaksin bukanlah “bagian dari virus” dan tidak “pembentukan antibodi”. mRNA dalam vaksin Covid19 dibuat secara sintetis di laboratorium, mirip dengan bagian dari mRNA virus tetapi dalam banyak aspek juga sangat berbeda. Kami telah menjelaskan sains secara rinci dalam artikel sebelumnya bagaimana mRNA buatan ini membuat perubahan permanen pada sistem kekebalan, yang dapat menyebabkan banyak penyakit kronis dan infeksi jangka panjang yang serius: Artikel
Antibodi juga bukan hasil langsung dari vaksin, mRNA dari vaksin “menginfeksi” sel-sel di banyak bagian pada tubuh, sel-sel tersebut kemudian menghasilkan “spike protein” dan kemudian sistem kekebalan menciptakan antibodi terhadap spike protein tersebut. Artikel Wikipedia yang menjelaskan ini: Artikel
7:26-7:38 Tapi dokter, vaksin disebut dapat menyebabkan perubahan mendasar pada sistem kekebalan tubuh anak seperti diatur ulang begitu, dok. Secara genetik tidak dapat diperbaiki. Ini penjelasannya seperti apa sih, dokter?
7:40-7:58 *tertawa mengejek/menghina/merendahkan. Yaa.. tanya sama dokter Malone tadi. Tapi kan gak masuk akal, yah? *sambil tertawa. Gak masuk akal, buat saya ini gak masuk akal sama sekali yah. Ini sebuah statement yang bombastis ini memang menarik perhatian masyarakat bahkan ke luar negeri dan ke dalam negeri yah.
[12] Jadi kalau tidak masuk akal kenapa tidak dijelaskan detailnya, dan buktinya MENGAPA tidak masuk akal, dok?
7:59-8:23 Tapi ee apa namanya.. Kita kan mesti berdasarkan scientific base, yah. Seperti apa ee yang seha- yang sebetulnya terjadi, yah. Makanya nanti coba di.. diklarifikasi lagi dengan ee pakar vaksinologi, yah. Ee mungkin dari biofarma atau dari yang lainnya seperti apa sebetulnya.
[13] Kami akan senang mendengar klarifikasi dari seorang ahli nyata, berdasarkan fakta dan data ilmiah. Karena ada masalah besar dengan apa yang disebut para “ahli” dari IDAI… mereka membuat banyak klaim palsu dan tidak ilmiah. Kami telah mengungkap kebohongan dan klaim palsu mereka dalam 3 kasus, dan telah menerbitkan artikel dengan semua bukti:
Tindak Pidana IDAI: Menyebarkan Berita Bohong Untuk Menciptakan Ketakutan
Manipulasi Data untuk Membenarkan Vaksinasi Anak
Bongkar! Penipuan Vaksinasi Anak Covid19
8:23-8:39 Tapi saya sebagai kliniti, yah. Selama sepanjang karir saya menjadi dokter anak, yah. Vaksin itu yang ada malah membuat penyakit-penyakit yang ganas dan berbahaya menjadi hilang, yah.
8:40-9:08 Justru kalau cakupan vaksinasi menurun penyakit-penyakitnya muncul kembali. Seperti difteri, tetanus, polio, pertusi, yah. Justru dampak vaksinasi itu ketika cakupannya menurun masyarakat galau, yah, galau massal, yah. EE ada 40% saja masyarakat galau massal, cakupan vaksinasi menurun di bawah 60% itu kejadian luar biasa, wabah penyakit itu bisa terjadi kembali.
[14] Pernyataan ini menjelaskan bahwa dia tidak mengerti apa-apa tentang Covid19. Virus ini tidak “yang ganas dan berbahaya”, tapi seperti flu biasa dan untuk anak-anak bahkan kurang berbahaya daripada flu (Studi)
Flu juga merupakan virus Corona sama dengan Covid19. Sejak bertahun-tahun telah ada banyak upaya untuk mengembangkan vaksin yang efektif melawan flu tetapi tidak pernah berhasil. Vaksin flu yang ada memiliki efektivitas yang rendah, setelah 1 tahun efeknya hilang sama sekali. Alasannya karena virus corona bermutasi banyak dan sangat cepat (ditambah beberapa alasan lain yang lebih rumit). Faktanya, tidak mungkin membasmi virus corona seperti flu atau Covid19 dengan vaksin. Mereka sangat berbeda dari virus seperti difteri, tetanus, polio dll yang dapat diberantas dengan vaksin. Ini juga yang sering kita dengar “pandemi menjadi endemik”, artinya Covid19 sama dengan flu, bukan diberantas. Penjelasan tentang virus endemik: Artikel Detik
9:08-9:17 Jadi hati-hati dengan ee.. menyikapi statement-statement kelompok anti vaksin seperti ini yang bisa membahayakan kesehatan masyarakat kita, yah.
[15] Yang membahayakan masyarakat adalah menyebarkan informasi palsu dan ketakutan. Seperti yang telah kami tunjukkan di poin [13], kami telah menangkap kebohongan IDAI tentang Covid19 dan vaksin dan menyanggah kebohongan mereka dengan data (bahkan data mereka sendiri) dan sains. Kami telah membuktikan bahwa vaksin lebih berbahaya bagi anak-anak daripada Covid19 (Artikel). Jadi, jika IDAI tidak dapat memberikan bukti yang jelas yang dapat diverifikasi bahwa vaksinasi Covid19 lebih bermanfaat daripada resikonya bagi anak-anak, maka IDAI-lah yang membahayakan anak-anak dan masyarakat.
9::17-9:31 (host) Nah, lalu himbauan ya berarti, dokter untuk masyarakat menyikapi aa pernyataan-pernyataan seperti ini yang mungkin belum juga bisa dipertanggungjawabkan sehingga tidak mempengaruhi sikap dan justru memberikan dampak negatif di tengah masyarakat, seperti apa dokter?
9:32-10:09 Yah, yang pertama ee cobalah lebih cerdas memilah informasi yang masuk, yah. Jangan hanya sekedar “ini ada dokter asing, bule, produser yang bikin ini begitu”, yah. Kemudian kita percaya mentah-mentah saja, yah. Selalu mencari sumber informasi yang ee kompeten. Dan lihatlah di lapangan seperti apa, vaksinasi ini kan udah lama, yah. Ini hal bukan hal baru gitu. Dan yang dampak dari vaksinasi itu sudah kita rasakan sendiri, yah. Bisa kita rasakan sendiri.
[16] Yang dirasakan diri kita adalah sebagai berikut:
– Banyak KIPI. Meski pemerintah merahasiakan data tersebut, semua orang tahu orang-orang di lingkungannya yang mengalami kerusakan parah atau bahkan kematian akibat vaksin, banyak kita lihat di media sosial dan juga di media nasional. Kumpulan kliping media telah kami publikasikan di artikel ini: Artikel
– Perwakilan dari IDAI tampaknya menunjukkan bahwa kasus dan kematian sudah hilang karena vaksinasi. Itu bohong, satu-satunya alasan pandemi sudah selesai, atau setidaknya hampir tidak ada lagi kasus dan kematian, adalah herd immunity dari infeksi alami. Vaksinasi telah memberikan kontribusi NOL untuk ini, kami telah membuktikan dengan data dan Menkes bahkan sudah mengakuinya: Artikel
10:09-10:32 Jadi, menurut saya orang tua itu jangan terlalu cepat ee menerima sumber-sumber yang tidak jelas apalagi dari wa grup yang menyebar ke mana-mana, yah. Tapi cobalah gunakan ee logika, yah, kemudian cari informasi sumber-sumber yang kompeten dan bisa dipercaya.
10:34 Untuk vaksinasi.. bolehlah liat dari sumber Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kemudian sebagian bla bla bla
[17] IDAI hanya membuat klaim kosong. Tidak ada data, penelitian atau bukti yang dapat diverifikasi bahwa vaksin untuk anak-anak diperlukan, aman dan efektif. Sebaliknya, kami telah membuktikan dengan data dan ilmu pengetahuan bahwa banyak klaim dari IDAI adalah palsu dan bahkan kebohongan. Kesimpulannya, IDAI sama sekali bukan sumber yang dapat dipercaya untuk informasi tentang Covid19 dan vaksin.