Dalam beberapa bulan terakhir, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memulai upaya baru untuk memicu ketakutan akan pandemi flu burung. Meskipun flu burung telah ada selama bertahun-tahun dan sangat jarang menyerang manusia, WHO dan sekutunya di media mainstream terus menyebarkan informasi yang menyesatkan tentang “ancaman” ini. Upaya WHO ini diduga merupakan upaya untuk menciptakan ketakutan guna mendorong atau memaksa pemerintah di seluruh dunia agar menerima Perjanjian Pandemi yang kontroversial dan tidak perlu, yang baru-baru ini ditolak oleh sebagian besar negara namun WHO terus berusaha menghidupkannya kembali dan membuat negara-negara menerimanya.
Artikel: BREAKING – Pandemic Treaty WHO GAGAL: Kemenangan Besar Bagi Rakyat Dunia
Sejarah Pandemi Palsu Flu Burung
Selama beberapa dekade terakhir, berbagai kontroversi mengelilingi peran WHO dalam memicu ketakutan terhadap pandemi flu burung. Terungkap bahwa beberapa ilmuwan kunci yang menasihati WHO mengenai perencanaan pandemi palsu flu burung sebelumnya memiliki hubungan finansial dengan perusahaan farmasi yang diuntungkan oleh panduan yang mereka susun. Konflik kepentingan ini tidak pernah diungkapkan secara publik oleh WHO. Misalnya, rekomendasi vaksinasi hepatitis B oleh WHO pada tahun 1991 didorong oleh studi epidemiologi yang didanai oleh industri farmasi untuk menciptakan konsensus ilmiah yang menguntungkan mereka (BMJ).
Konflik Kepentingan dan WHO
Investigasi oleh BMJ dan Bureau of Investigative Journalism menemukan bahwa para ilmuwan yang bekerja untuk WHO ternyata juga bekerja untuk perusahaan farmasi yang diuntungkan oleh pandemi palsu flu burung. Konflik kepentingan ini menyoroti bagaimana WHO dapat dipengaruhi oleh industri farmasi, mengorbankan kesehatan publik demi keuntungan finansial.
Skandal Pandemrix
Selama pandemi palsu H1N1, vaksin Pandemrix yang dikembangkan untuk flu babi menyebabkan kematian beberapa orang yang menerima vaksin tersebut. Meskipun bukti risiko ini ada, vaksin tersebut tetap disetujui dan digunakan, menunjukkan adanya kelalaian dalam proses regulasi dan pengawasan (BMJ).
Misinformasi tentang Penularan Flu Burung
Baru-baru ini, muncul klaim aneh dan omong kosong bahwa kucing bisa menangkap dan menularkan flu burung (Media Indonesia). Ini adalah contoh lain dari upaya untuk menyesatkan publik, mirip dengan informasi omong kosong yang sebelumnya disebarkan tentang COVID (Contoh artikel omong kosong CNN Indonesia: Mengenal Virus Corona yang Menyerang Anjing dan Kucing)
Flu burung memang ada, tetapi sangat jarang menyerang manusia dan tidak menular dari manusia ke manusia. Penelitian telah menunjukkan bahwa flu burung tidak mengalami peningkatan, melainkan terlihat meningkat karena pengujian masif terhadap hewan menggunakan tes PCR yang diragukan.
Fakta tentang H5N2
Subtipe H5N2 dari virus influenza A, yang baru-baru ini menjadi sorotan di Media mainstream, terutama menyerang burung dan sangat jarang menginfeksi manusia. Menurut artikel di Wikipedia, H5N2 pernah menyebabkan beberapa wabah pada unggas, tetapi sangat sedikit kasus yang dilaporkan pada manusia. Kasus-kasus tersebut umumnya tidak berakibat fatal dan sering kali tidak menimbulkan gejala yang serius. Hal ini menunjukkan bahwa H5N2 jauh lebih tidak berbahaya bagi manusia daripada yang sering digambarkan oleh media dan beberapa pihak.
WHO Menyebarkan Hoaks tentang Kematian di Meksiko
Sebuah insiden baru-baru ini mengungkap bagaimana WHO menyebarkan informasi yang salah tentang seorang pria di Meksiko yang diklaim meninggal karena flu burung. Menurut laporan dari CBC, WHO mengeluarkan pernyataan yang salah bahwa kematian pria tersebut disebabkan oleh flu burung H5N2. Namun, Menteri Kesehatan Meksiko, Jorge Alcocer, membantah klaim ini dan menjelaskan bahwa pria tersebut meninggal akibat komplikasi dari kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, seperti gagal ginjal dan masalah pernapasan, bukan karena flu burung. Insiden ini menunjukkan betapa cepatnya informasi yang menyesatkan dapat disebarkan oleh organisasi internasional, dan menggarisbawahi pentingnya verifikasi fakta sebelum menyebarkan berita.
Bahaya Vaksin Eksperimental
Upaya untuk mengembangkan vaksin baru untuk flu burung saat ini sedang berjalan. Namun, vaksin ini bersifat eksperimental dan tidak ada bukti yang mendukung bahwa mereka aman atau efektif. Kita harus mengingat skandal Tamiflu selama pandemi palsu flu burung & flu babi sebelumnya, di mana obat tersebut terbukti tidak dibutuhkan, tidak efektif, tidak aman dan menyebabkan banyak kerugian bagi negara-negara yang telah membeli stok besar akibat tekanan WHO.
Contoh: Artikel Detik yang penuh omong kosong dan fearmongering tentang penularan manusia ke manusia (yang terbukti tidak pernah terjadi) serta tujuan sebenarnya dari propaganda pandemi palsu yaitu Industri Farmasi ingin menjual vaksin: Antisipasi Pandemi, Ilmuwan ‘Gercep’ Siapkan Vaksin Flu Burung untuk Manusia
Kegagalan WHO yang Terungkap
Pada pandemi palsu flu burung sebelumnya, Siti Fadilah Supari, mantan Menteri Kesehatan Indonesia, berhasil mengungkap kebohongan WHO dan menghentikan pandemi palsu tersebut (Artikel: Siti Fadilah Sentil WHO, Bill Gates dan Bisnis Vaksin Dunia). Namun, kali ini, sebagian besar pemerintah telah dikendalikan oleh WHO dan World Economic Forum (WEF), sehingga sulit untuk menemukan sosok yang berani seperti Siti Fadilah Supari.
Seruan untuk Bertindak
Kini saatnya bagi masyarakat untuk bersatu dan melawan upaya WHO dan anteknya untuk menakuti dan mengendalikan kita. Kita harus kritis terhadap informasi yang disebarkan oleh organisasi internasional, pemerintah dan media mainstream, serta mencari kebenaran dari sumber-sumber yang dapat dipercaya. Pandemi palsu flu burung tidak boleh dibiarkan menciptakan kepanikan yang tidak perlu dan merugikan masyarakat.
Selain itu, kita juga harus waspada terhadap bahaya yang ditimbulkan oleh undang-undang kesehatan baru yang dirancang untuk memungkinkan pemerintah, yang dikendalikan oleh industri farmasi (=WHO), untuk mewajibkan vaksin eksperimental yang tidak dibutuhkan dan belum terbukti keamanannya. Undang-undang ini membuka jalan bagi pemerintah untuk memaksakan vaksinasi tanpa uji coba yang memadai, mengancam hak-hak konstitusional kita.
Artikel: Memanggil Seluruh Rakyat untuk Bergabung dalam Upaya Uji Materiil UU Kesehatan
Penting bagi masyarakat untuk bersatu dalam menentang undang-undang yang tidak konstitusional ini. Kita harus bergabung dalam upaya uji materiil terhadap UU Kesehatan yang baru dan memastikan bahwa hak-hak kita sebagai warga negara dilindungi. Hanya dengan bersama-sama kita bisa melawan dan mengungkap kebenaran di balik “ancaman” pandemi flu burung yang diklaim oleh WHO serta menolak upaya pemerintah yang mencoba mengambil alih kendali atas kesehatan kita melalui undang-undang yang merugikan. Mari kita lindungi diri kita dan generasi mendatang dari informasi yang menyesatkan dan kebijakan yang tidak adil.